REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah menargetkan swasembadan gula konsumsi pada 2023. Sejumlah langkah ditempuh dengan perluasan area perkebunan tebu sekaligus peremajaan tanaman hingga mendorong adanya investasi baru untuk pembangunan pabrik gula baru.
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, mengatakan, pihaknya fokus pada tiga komoditas pangan yang hingga kini masih dipenuhi lewat impor, yaitu bawang putih, daging sapi, serta gula.
Pada komoditas gula, ia menuturkan, intervensi Kementan pada level budi daya dimulai tahun ini, yakni dengan intensifikasi dan eksetensifikasi lahan.
"Gula konsumsi secara bertahap kita siapkan, jadi saya akan konsentrasi untuk akselerasi gula konsumsi, kalau sudah terpenuhi, selanjutnya mengejar swasembada gula industri," kata Syahrul dalam National Sugar Summit yang digelar secara virtual, Selasa (24/11).
Upaya intensifikasi dilakukan melalui bongkar ratoon atau peremajaan pada lahan seluas 75 ribu hektare. Produktivitas ditargetkan naik menjadi 15 ton per hektare. Selain itu, juga dilakukan rawat ratoon atau perawatan di lahan seluas 125 ribu hektare dan ditargetkan produktivitas naik menjadi 13 ton per hektare. Intensifikasi lahan tersebut dilakukan di Pulau Jawa.
Adapun ekstensifikasi, Syahrul mengatakan, dilakukan di luar Jawa. Ditargetkan, pembukaan lahan baru mencapai 50 ribu hektare.
"Luasan lahan 250 ribu hektare itu banyak dan tidak semudah yang kita bayangkan, karena itu kita akan persiapkan dan tentu sampai ke proses hilirisasinya," ujar Syahrul.
Syahrul mengatakan, upaya mencapai swasembada tidak hanya dengan pendekatan lahan. Namun, perlu persiapan benih unggul dengan teknologi hasil penelitian baik dari pemerintah maupun swasta. Peningkatan produksi, kata Syahrul, harus diimbangi manajemen penyerapan agar tidak merugikan petani.
Sebagaimana diketahui, rata-rata konsumsi gula nasional 2,8 juta ton, sementara produksi dalam negeri baru 2,18 juta ton. Dari neraca tersebut, defisit gula konsumsi sebanyak 620 ribu ton.
Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian Kasdi Subagyono, menambahkan, defisit gula yang ada diyakini bisa ditutup pada 2023 dengan sejumlah upaya swasembada. Ia memaparkan, tambahan produksi gula lokal pada 2023, diyakini meningkat 676 ribu ton sehingga total kebutuhan domestik bisa dipenuhi.