REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA—Cendekiawan Muslim, Komaruddin Hidayat berharap, ke depannya MUI terus meningkatkan kualitas, peran dan citranya sebagai pemersatu umat. Dia juga berpesan agar MUI tetap fokus sebagai mediator agenda keumatan dan kebangsaan.
“Saya berharap ke depan MUI semakin meningkatkan kualitas, peran dan citranya sebagai pemersatu umat dan gerbong yang mendekatkan dan mempertemukan agenda keumatan dan kebangsaan. Jangan memperhadapkan agenda umat dengan agenda kebangsaan dan kenegaraan,” ujarnya saat dihubungi Republika, Selasa (24/11).
Mantan Rektor UIN Syarif Hidayatullah ini mengatakan, di kepengurusan yang baru, Ketua Umum MUI harus memiliki wibawa keilmuan, integritas dan mampu merangkul seluruh pihak.
“Mengingat namanya "majelis ulama", diperlukan ketua yg bisa menjadi ikon atau simbol MUI yg punya wibawa keilmuan, integritas, dan punya kemampuan menciptakan dan mengendalikan kepemimpinan kolektif,” jelasnya.
“Konotasi ulama jangan dipersempit hanya ahli fiqih,” sambung Komaruddin.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat akan menggelar Musyarawah Nasional (Munas) X pada 25-27 November 2020 secara daring (online) dan luring (offline). Munas yang diadakan di Hotel Sultan Jakarta itu rencananya akan diikuti oleh 88 peserta.
Ketua SC Munas MUI ke-10 KH Abdullah Djaidi mengatakan, Munas ini akan diisi dengan pemilihan Ketua Umum MUI yang baru. Sejauh ini sudah ada beberapa nama yang disebut sebagai kandidat Ketua Umum MUI yang akan datang.
Adapun kandidat yang akan bersaing mengisi posisi antara lain Ketua Umum MUI yaitu KH Muhyiddin Junaidi, Sekjen MUI Buya Anwar Abbas, Rais Aam dari PBNU, KH Miftakhul Akhyar dan Mantan Wamenag Prof Nasaruddin Umar.
“Nama yang sudah muncul ada, katanya dari NU kemungkinan Rais Aam PBNU, KH Miftakhul Akhyar, ada juga Prof Nasaruddin Umar,” ujar Kiai Abdullah Djaidi.
“Dari Muhammadiyah mungkin ada Wakil Ketua KH Muhyiddin Junaidi, kemudian ada juga Buya Anwar Abbas yang sekarang Sekjen. Jadi belum, baru kemungkinan,” sambungnya.