REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Pemerintah Kota Bogor siap melanjutkan pembangunan Masjid Agung Kota Bogor di Jalan Dewi Sartika yang mangkrak. Dimulau dengan melakukan perubahan konstruksi dan menjadi terintegrasi dengan pembangunan alun-alun dan Stasiun Kota Bogor.
"Pembangunan Masjid Agung yang terintegrasi ini akan dilakukan dalam beberapa tahap," kata Wakil Wali Kota Bogor, Dedie A Rachim.
Menurut Dedie, pembangunan Masjid Agung Kota Bogor ini, dilanjutkan dengan perubahan konstruksi, dan saat ini sedang diproyeksikan konstruksi baru untuk atap masjid. "Posisi pintu masjid juga ada yang diubah menghadap alun alun," katanya.
Sebelumnya, pembangunan Masjid Agung Kota Bogor sempat dihentikan oleh Inspektorat Pemerintah Provinsi Jawa Barat pada 2017, setelah menemukan adanya ketidaksesuaian pekerjaan dengan rencana awal pembangunan.
Pada 2018, pekerjaan proyek pembangunan masjid kembali dikerjakan oleh Pemerintah Kota Bogor yakni pembangunan bangunan fisik, tapi baru terlaksana sekitar 65 persen. Kementerian PUPR yang melakukan audit konstruksi bangunan Masjid Agung, pada 2019, juga merekomendasikan agar pembangunannya dihentikan sementara.
Menurut Dedie, dari rekomendasi Komite Nasional Kecelakaan Transportasi (KNKT) dan Badan Litbang Kementerian PUPR menyatakan, atap tidak boleh menopang bangunan masjid, sehingga akan dibuat konstruksi baru.
Pemerintah Kota Bogor, kata dia, saat ini sedang menghitung ulang, berapa kebutuhan anggaran yang riil untuk bangunan atap dan konstruksi bangunan badan masjid yang diubah. "Perkiraan sementara, kebutuhannya sekitar Rp 40 miliar," katanya.
Menurut dia, anggaran Pemerintah Kota Bogor sekitar Rp 34,5 miliar. "Sisanya akan dicarikan solusinya, apakah bisa diperoleh dari APBD Perubahan 2020, atau bisa dialihkan dari revisi APBD 2021 sebelum pagu anggaran definitifnya ditetapkan," katanya.