REPUBLIKA.CO.ID, GARUT--Sejumlah sekolah menengah atas (SMA) di Kabupaten Garut terus mempersiapkan diri untuk dapat menggelar kegiatan belajar mengajar (KBM) secara tatap muka. Sebab, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) sudah memberikan keleluasaan kepada daerah untuk mengizinkan sekolah tatap muka pada Januari 2021 meski berada di zona merah.
Kepala SMA Negeri 18 Kabupaten Garut, Sofyan Hidayat mengatakan, pihaknya sudah sejak lama melakukan persiapan untuk menggelar KBM tatap muka. Penambahan sarana dan prasarana seperti tempat cuci tangan untuk siswa dan penyusunan kurikulum selama masa pandemi Covid-19 sudah dilakukan. Namun, hingga kini sekolah itu belum diizinkan menggelar KBM tatap muka."Soalnya di wilayah kecamatan kita masih zona merah," kata dia ketika dihubungi Republika, Selasa (24/11).
Ia mengungkapkan, dari segi kesiapan sekolah, pihaknya sebenarnya telah lolos verifikasi yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan dam Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kabupaten Garut. Namun, dikarenakan wilayah Kecamatan Karangpawitan, lokasi sekolah itu berdiri, masuk dalam zoma merah, KBM tatap muka urung dilaksanakan.
Menurut dia, pembatalan itu merupakan hal yang wajar. Sebab, siswa di sekolahnya tak hanya berasal dari satu kecamatan, melainkan juga dari kecamatan lainnya. Jika dipaksakan menggelar KBM tatap muka, dikhawatirkan sekolahnya akan menjadi klaster penyebaran Covid-19. Apalagi, secara keseluruhan total siswa di SMAN 18 Kabupaten Garut mencapai 1.200 orang.
Sofyan menyambut baik adanya kebijakan baru dari pemerintah pusat untuk sekolah dapat menggelar tatap muka. Namun, ia tetap tak mau memastikan sekolahnya dapat menggelar KBM tatap muka pada Januari tahun depan. "Kita tetap harus lakukan analisis dulu dari kondisi di wilayah sekitar. Jangan sampai jadi masalah baru kalau sekolah dibuka," kata dia.
Jika sekolahnya diizinkan kembali menggelar KBM tatap muka, ia menegaskan protokol kesehatan akan dilakukan secara ketat. Kegiatan belajar juga akan dibagi menjadi beberapa sesi, sehingga siswa tak bertumpuk pada satu waktu.
Sofyan mengakui, para siswa termasuk orang tua memang sudah banyak yang ingin kembali KBM tatap muka dilaksanakan. Sebab, sudah lebih dari 6 bulan para siswa belajar secara daring."Meski kita maksimal juga dalam memberikan materi secara daring, tetap saja pasti siswa sudah bosan," kata dia.
Sebelumnya, Kepala Kantor Cabang Dinas (KCD) Pendidikan Provinsi Jawa Barat (Jabar) Wilayah XI Garut, Asep Sudarsono mengatakan, sebanyak 15 sekolah di wilayah selatan Kabupaten Garut telah diizinkan menggelar tatap muka setelah melewati verifikasi kesiapan sarana dan prasarana sekolah. Sekolah dinyatakan layak menggelar KBM tatap muka secara terbatas lantaran kasus Covid-19 wilayah selatan Kabupaten Garut dinilai terkendali. "Itu hasil verifikasi bersama gugus tugas kedamatan. Memang di sana nihil kasus Covid-19," kata dia.
Sekolah-sekolah yang telah diberi izin menggelar KBM tatap muka tetap harus menerapkan protokol kesehatan. Pertemuan di sekolah dibatasi hanya sampai 4 jam, sejak pukul 07.00-11.00 WIB. Kapasitas di dalam kelas juga dibatasi, maksimal hanya 50 persen dari kapasitas maksimal."Kita ikuti prosedur itu. Baru seminggu kemarin dibuka," kata dia.
Sementara di wilayah sekitar Garut Kota, belum ada satu pun sekolah yang diizinkan menggelar KBM tatap muka. Sebab, kasus Covid-19 di wilayah kota dam utara Kabupaten Garut dinilai masih tinggi. Asep mengatakan, pemerintah pusat memang telah memberikan keleluasaan kepada daerah terkait izin operasional sekolah dapat menggelar tatap muka. Namun, pihaknya akan tetap melakukan verifikasi sesuai standar yang ada.