Rabu 25 Nov 2020 06:10 WIB

Kemenangan Biden tak Jamin Ekonomi Global Cepat Pulih

Ekonom UI menilai kunci utama dari pemulihan ekonomi saat ini bukanlah AS.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Nidia Zuraya
FILE - Pada Selasa, 10 November 2020 ini, file foto, Presiden terpilih Joe Biden berbicara di The Queen theater di Wilmington, Del.
Foto: AP Photo/Carolyn Kaster
FILE - Pada Selasa, 10 November 2020 ini, file foto, Presiden terpilih Joe Biden berbicara di The Queen theater di Wilmington, Del.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ekonom dari Universitas Indonesia (UI) Ninasapti Triaswati menyebutkan, kemenangan Joe Biden dalam pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) menjadi berita baik bagi perekonomian global. Hanya saja, hal tersebut tidak serta merta mengakselerasi pemulihan global yang diproyeksikan berlangsung pada tahun depan.

Nina menjelaskan, kunci utama dari pemulihan ekonomi saat ini bukanlah sosok negara adidaya, melainkan penanganan dunia terhadap pandemi Covid-19 dari sisi kesehatan. "Kita memang akan lebih stabil (dengan kemenangan Biden, red), tapi tidak berarti recovery cepat karena kita harus fokus pada kesehatan," tuturnya dalam Webinar Economic Outlook 2021: Memacu Pertumbuhan di Tengah Pandemi, Selasa (24/11).

Baca Juga

Nina menyebutkan, jumlah kasus Covid-19 terus menunjukkan pertumbuhan, terutama di perkotaan. Khusus di Indonesia, daerah-daerah seperti DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Barat dan Jawa Tengah masih menjadi sentra pertumbuhan kasus Covid-19 dengan angka yang masih mengalami kenaikan.

Situasi tersebut menimbulkan kekhawatiran karena daerah-daerah dengan kenaikan kasus signifikan justru merupakan pusat pertumbuhan ekonomi.  "Yang perlu kita lihat adalah fokus pada kesehatannya," ucap Nina.

Untuk menekan angka itu, Nina menjelaskan, penegakan protokol kesehatan di tengah masyarakat menjadi kunci utama. Hanya saja, pemerintah pusat dan daerah tampaknya masih mengalami kesulitan untuk menerapkan disiplin secara merata di perkotaan, terutama DKI Jakarta dan Jawa Barat.

Strategi berikutnya, solusi dari sisi pengobatan, yakni vaksin. Tapi, Nina menilai, pengadaan vaksin Covid-19 sepertinya masih membutuhkan waktu. Di sisi lain, masyarakat belum terlalu percaya dengan efektivitas vaksin.

Nina menganjurkan pemerintah untuk melakukan sosialisasi secara masif mengenai vaksin yang dipilih pemerintah saat ini. "Jelaskan, bahwa itu benar terbaik dibandingkan dengan vaksin lain," katanya.

Direktur Eksekutif Institute Development for Economic and Finance (Indef) Tauhid Ahmad memproyeksikan, vaksin baru bisa tersedia pada semester kedua tahun depan. Apabila vaksin sudah tersedia hingga 70 persen dari populasi, proses distribusi dan vaksinasi pun masih akan membutuhkan waktu.

Selama proses menunggu itu, pembatasan aktivitas fisik dan protokol kesehatan masih akan berlanjut. Dampaknya, kegiatan ekonomi masih belum pulih seperti sebelum pandemi. "Dengan asumsi ini, pemulihan ekonomi berpotensi terhambat," katanya dalam Webinar Proyeksi Ekonomi Indonesia 2021: Jalan Terjal Pemulihan Ekonomi, Senin (23/11).

Indef memproyeksikan, pertumbuhan ekonomi pada 2021 hanya tumbuh di level tiga persen. prediksi ini di bawah proyeksi pemerintah dalam postur APBN 2021, yakni lima persen.

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement