Rabu 25 Nov 2020 11:38 WIB

Saudi Ingin PBB Lindungi Keamanan Minyak

Saudi kirimkan surat ke PBB untuk hentikan ancaman terhadap keamanan minyak

Rep: Mabruroh/ Red: Esthi Maharani
Fasilitas pengolahan minyak Arab Saudi, Aramco diserang rudal dan drone.
Foto: Republika.co.id
Fasilitas pengolahan minyak Arab Saudi, Aramco diserang rudal dan drone.

REPUBLIKA.CO.ID, JEDDAH -- Kelompok pemberontak Houthi telah menembakkan roket ke pusat perusahaan minyak Saudi, di Jeddah pada Senin (23/11). Menyusul serangan tersebut, Kerajaan mendesak Dewan Keamanan PBB untuk menghentikan ancaman terhadap keamanan energi global, proses politik Yaman, dan stabilitas regional.

Duta Besar Arab Saudi untuk PBB, Abdallah Al-Mouallimi mengirimkan sebuah surat kepada 15 anggota PBB. Dalam surat tersebut, Kerajaan menyatakan bahwa serangan di Aramco telah diidentifikasi dilakukan oleh milisi Houthi.

"Telah diidentifikasi bahwa milisi Houthi, yang didukung oleh Iran, bertanggung jawab atas serangan teroris," tulis Al-Mouallimi dalam surat tersebut.

Mengekspresikan keprihatinan atas serangan itu, Badan Energi Internasional (IEA) mengatakan serangan Jeddah adalah pengingat perlunya untuk tetap waspada terhadap ancaman terhadap keamanan energi.

Dr. Hamdan Al-Shehri, seorang analis politik, mengatakan kepada Arab News bahwa kecaman global atas serangan terhadap instalasi minyak Saudi hanyalah kata-kata di atas kertas. Ia justru menegaskan agar kelompok pemberontak tersebut agar dihentikan.

"Houthi yang didukung Iran harus dihentikan," kata Al-Shehri.

Dia meminta komunitas internasional untuk mengikuti jejak Amerika Serikat dengan menunjuk milisi sebagai organisasi teroris. Analis tersebut mengatakan bahwa sementara PBB terus mencari solusi untuk masalah tersebut.

"Kami terus melihat serangan ini didukung oleh Iran dan dilakukan melalui Sanaa," tambah Al-Shehri.

Saudi Aramco mengatakan pada Selasa (24/11) bahwa serangan Houthi tersebut telah merobek lubang pada tangki minyak, selain itu memicu ledakan dan kebakaran dalam serangan lain terhadap infrastruktur energi Kerajaan.

"Atap tangki mengalami kerusakan besar," kata Manajer Pabrik Massal Jeddah Utara, Abdullah Al-Ghamdi.

Manajer mengatakan distribusi dari pabrik, yang menyediakan produk olahan termasuk bahan bakar jet ke barat negara itu, pulih dalam waktu tiga jam meskipun tangki yang rusak, satu dari 13, tetap tidak beraksi.

Sementara itu, koalisi Arab mengatakan telah menghancurkan lima ranjau yang diletakkan oleh Houthi di Laut Merah.

Tambang itu adalah jenis Sadaf buatan Iran. Koalisi telah menghancurkan total sekitar 163 ranjau laut yang ditinggalkan oleh Houthi.

"Houthi terus menjadi ancaman bagi keamanan maritim dan stabilitas regional," kata Al-Shehri.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement