REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Pemerintah Rusia mengungkapkan, vaksin Covid-19, Sputnik V, buatan mereka memiliki kemanjuran lebih dari 95 persen. Hasil ini memberikan tingkat keberhasilan yang sebanding dengan vaksin yang dikembangkan oleh Pfizer dan Moderna.
Pemerintah Rusia juga mengeklaim, vaksin mereka memiliki kemanjuran yang lebih besar daripada vaksin Oxford/AstraZeneca karena teknologi milik Rusia lebih canggih. Namun, Rusia tetap terbuka menawarkan pertukaran data dan informasi dengan para ilmuwan Inggris yang mengembangkan vaksin AstraZeneca.
"Sputnik menunjukkan efektivitas yang sangat tinggi, lebih tinggi dari 95 persen, ini adalah berita yang sangat positif tidak hanya untuk Rusia, tetapi untuk seluruh dunia, untuk semua negara," kata Kirill Dmitriev selaku Kepala Dana Investasi Langsung Pemerintah Rusia, dilansir dari The Guardian pada Rabu (25/11).
Hasil awal Sputnik V dirilis saat persaingan memanas di antara pengembang vaksin untuk memproduksi secara massal. Namun, tidak semua orang yakin dengan data resmi vaksin Rusia.
Kecurigaan telah meningkat oleh fakta bahwa pihak berwenang Rusia dengan cepat memberikan lisensi vaksin tersebut sebelum hasil uji coba tahap tiga tersedia. Bahkan, ada laporan tentang pegawai negara yang dipaksa ikut serta dalam uji coba.
Meskipun banyak negara telah menyatakan minatnya untuk mempelajari atau membeli vaksin dari Rusia, hanya sedikit negara barat yang telah mendaftar. Di antara negara-negara Uni Eropa, hanya Hungaria yang menyatakan minat serius hingga menyebabkan perselisihan dengan anggota blok Eropa lainnya.
Seorang juru bicara komisi Eropa mengatakan, lembaganya tidak memiliki data apa pun mengenai vaksin asal Rusia. Namun, kabar ini belum terkonfirmasi ke pihak Rusia.
Diketahui, hasil kemanjuran Sputnik dihitung setelah 42 hari penelitian di mana 19 ribu peserta menerima dua dosis vaksin dan 21 ribu peserta menerima satu dosis. Data sebelumnya menunjukkan bahwa vaksin memiliki kemanjuran sekitar 91,4 persen pada 28 hari setelah peserta menerima dosis pertama.