Rabu 25 Nov 2020 15:55 WIB

ICCF 2020 Kembali Digelar dengan Menerapkan Protokol Corona

Tema ICCF tahun ini memaknai momentum pandemi kreativitas untuk kemuliaan

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Gita Amanda
Indonesia Creative Cities Network (ICCN), sebuah organisasi simpul yang telah menghubungkan jejaring forum lintas komunitas di lebih dari 210 kabupaten/kota se-Indonesia, akan kembali menyelenggarakan kegiatan rutin tahunannya, Indonesia Creative Cities Festival (ICCF) di tahun 2020 ini. ICCF kali ini direncanakan untuk berlangsung pada tanggal 26-28 Nopember di Bali, dengan menerapkan prosedur dan cara yang berbeda, terkait situasi pandemi Covid-19.
Foto: .
Indonesia Creative Cities Network (ICCN), sebuah organisasi simpul yang telah menghubungkan jejaring forum lintas komunitas di lebih dari 210 kabupaten/kota se-Indonesia, akan kembali menyelenggarakan kegiatan rutin tahunannya, Indonesia Creative Cities Festival (ICCF) di tahun 2020 ini. ICCF kali ini direncanakan untuk berlangsung pada tanggal 26-28 Nopember di Bali, dengan menerapkan prosedur dan cara yang berbeda, terkait situasi pandemi Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia Creative Cities Network (ICCN), sebuah organisasi simpul yang telah menghubungkan jejaring forum lintas komunitas di lebih dari 210 kabupaten/kota se-Indonesia, akan kembali menyelenggarakan kegiatan rutin tahunannya, Indonesia Creative Cities Festival (ICCF) di tahun 2020 ini. ICCF kali ini direncanakan untuk berlangsung pada tanggal 26-28 November di Bali, dengan menerapkan prosedur dan cara yang berbeda, terkait situasi pandemi Covid-19.

Di tahun 2019 lalu, pada tanggal 4-5 November, ICCF diselenggarakan di Ternate, Maluku Utara, dengan mengangkat tema besar “Tara La No Ate”, yang dapat diartikan sebagai “Turun ke bawah dan pikat”. Hadir saat itu, antara lain Martin Hartono (GDP Vennture), Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, serta sejumlah bupati, wali kota, pelaku usaha kreatif, rekan media, akademisi, serta komunitas kreatif, yang mengisi berbagai panel dalam rangkaian acara.

ICCF 2019 tersebut dirayakan secara masif dan leluasa meriah, bahkan hingga terjadi pencapaian tingkat dunia melalui momentum "Gugu Gia Si Kololi", di mana lebih dari 40 ribu orang berdiri mengelilingi Gunung Gamalama sambil bergandengan tangan, sebagai simbolisasi “memeluk”, selama 7 menit. Salah satu kegiatan utama ICCF 2019 ini menjadi wujud tekad dan komitmen bersama untuk senantiasa menjalin serta memperkuat nilai-nilai persatuan dan kesatuan Indonesia.

Kini, ICCF 2020 mengambil tema “Siwam, Satyam, Sundharam”, frasa Bali yang berarti Kesucian, Kebenaran/Kemuliaan, Keindahan/Kreativitas, yang mengandung pesan inti memaknai momentum pandemi untuk meraih kembali kemuliaan spiritual, kemanusiaan, dan alam, melalui kreativitas. “Ringkasnya, kreativitas untuk kemuliaan,” jelas Fiki Satari, Ketua Umum ICCN.

“Karena kita yakin bahwa situasi yang sedang kita hadapi bersama ini justru memberikan kita kesempatan untuk sejenak berdiam diri dan merefleksikan segala upaya cipta, daya kreasi, dan karya kita, dalam hubungannya dengan kemanusiaan dan pemajuan peradaban,” ujarnya dalam siaran pers, Rabu (25/11).

Hal ini merupakan salah satu dari 10 Prinsip Kabupaten/Kota Kreatif ICCN, yaitu, kota yang memuliakan kreativitas masyarakatnya kota yang memanfaatkan dan mengembangkan kecerdasan, kearifan lokal, keterampilan, daya cipta, serta kemampuan nalar, ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai dasar penciptaan serta inovasi.

Rangkaian acara ICCF 2020 ini akan terdiri dari konferensi nasional, sesi bagi komunitas dan pemerintah lokal dan pusat, pameran karya dan program kreatif, peringatan Ayip in Memoria, dan juga presentasi Catha Ekadaksa (11 Jurus Kabupaten/Kota Kreatif) yang menjadi program ICCN dalam menegakkan 10 Prinsip Kabupaten/Kota Kreatif, yang akan digelar di Rumah Sanur, Denpasar, selama tanggal 26-27 Nopember 2020. Selama dua hari ini, ICCF 2020 menghadirkan para nara sumber yang akan memberikan pijakan bagi berlanjutnya perkembangan sektor ekonomi kreatif, khususnya bagi inisiatif komunitas di seluruh Indonesia, terutama dalam menjelang tahun 2021 sebagai The Year of Creative Economy for Sustainable Development.

Akan mengisi sesi konferensi, antara lain Menteri Parekraf Wishnutama Kusubandio, Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki, Menteri BUMN Erick Thohir, Gubernur Riau Syamsuar, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, dan Dewan Gubernur Bank Indonesia. “Sebagai jejaring lintas komunitas di lebih dari 200 kabupaten/kota, ICCN sepantasnya berkontribusi, serta menunjukkan dampak nyatanya bagi lingkungan terdekatnya”, lanjut Fiki,

ICCN juga akan mengkalibrasi program-programnya, untuk dapat secara lebih strategis berperan dalam mengembangkan kapasitas SDM Indonesia dalam menghadapi tantangan masa depan.

Pada tanggal 28 Nopember 2020, program berlanjut dengan living culture trip di Samsara Museum, Karangasem, di mana para peserta akan mengalami sebuah bentuk pemuliaan kreativitas, melalui hidup dan berkembangnya budaya tradisi dalam relevansinya dengan kebutuhan kini dan masa mendatang. “Seluruh rangkaian acara ICCF 2020 juga akan menjadi sebuah contoh best practice, di mana kegiatan serupa dapat dilaksanakan dengan menjaga keamanan kesehatan, tanpa mengurangi makna dan kualitas kegiatan,” papar Fiki.

Untuk mengambil bagian dari rangkaian pengalaman pada ICCF 2020 yang akan diselenggarakan secara hybrid (daring dan luring), informasi lanjutan tersedia pada media sosial Instagram resmi @ICCNMedia.  ICCF 2020 ini dapat diselenggarakan kembali atas kolaborasi para pengurus dan anggota jejaring ICCN di seluruh Indonesia, serta dukungan dari rekan-rekan Bank Indonesia, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Badan Kreatif Denpasar, Rumah Sanur, Samsara Living Museum Bali, Paragon, serta Pemerintah Kota Denpasar.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement