Kamis 26 Nov 2020 08:10 WIB

Militer Ottoman Mulai Memakai Meriam pada 1420-an

Pengenalan meriam merupakan perkembangan militer penting bagi Ottoman.

Militer Ottoman Mulai Memakai Meriam pada 1420-an. Ilustrasi meriam.
Foto: EPA-EFE / KHALED ELFIQI
Militer Ottoman Mulai Memakai Meriam pada 1420-an. Ilustrasi meriam.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perkembangan militer yang paling penting selama periode bangkitnya Kerajaan Ottoman adalah pengenalan meriam dan senjata api lainnya. Senjata-senjata ini digunakan di Eropa Barat selama abad ke-14 dan dari sana berkembang ke Semenanjung Balkan.

Pada 1378, meriam ditempatkan di dinding dinding kota di Dubrovnik. Selama dekade berikutnya, menjadi barang yang biasa digunakan di Kerajaan Bosnia dan Serbia.

Baca Juga

Pasukan-pasukan Ottoman telah menghadapi mereka untuk pertama kalinya selama penyerangan dan gerakan di Balkan bagian barat selama tahun 1380-an. Namun, Ottoman sendiri tidak mengadopsi meriam dalam satu skala yang besar sampai dengan abad berikutnya.

Colin Imber dalam bukunya Kerajaan Ottoman: Struktur Kekuasaan Sebuah Kerajaan Islam Terkuat dalam Sejarah mengatakan referensi-referensi untuk penggunaan bubuk senjata selama masa Bayezid I tidak dapat dipercaya. Namun pada 1420-an, mereka mulai menggunakan meriam dalam pengepungan.

Kananos dalam catatannya mengenai pengepungan Konstantinopel pada 1422 mengisahkan "bombardir besar-besaran", yang ia laporkan tidak memberikan efek apa-apa. Terdapat referensi-referensi terbatas lainnya mengenai penggunaan meriam oleh Ottoman di tiga dekade awal abad ke-15.

Namun, tetap masih belum menjadi faktor penting peperangan. Selama gerakan pada 1443-1444, pasukan sultan tidak mempunyai artileri lapangan.

Sebaliknya, Hungaria telah mengembangkan taktik pertempuran yang mereka dasarkan pada "benteng berjalan". Ini adalah sebuah benteng yang dapat berpindah, terdiri atas kereta-kereta yang dirantaikan bersama yang membentuk dinding perlindungan bagi pasukan yang membawa senjata tangan, dengan meriam yang ditempatkan di atas kereta yang ditarik kuda atau di antara kendaraan itu.

Ketidakmampuan kavaleri Ottoman mengatasi kubu pertahanan ini hampir menyebabkan kekalahan. Efektivitas taktik ini diketahui dari Holy Wars of Sultan Murad (Perang Suci Sultan Murad), sebuah catatan Turki saat itu yang tidak diketahui penulisnya mengenai gerakan yang dilaksanakan.

Di sini, penulis membuat Turahan memberikan saran kepada Sultan: "Wahai Padishah. perintahkanlah pasukan-pasukan Islam menarik diri dari benteng berjalan karena jika tidak, orang-orang kafir ini akan menembakkan meriam-meriam mereka dan arquebus mereka, lalu pasukan Islam akan mengalami kekalahan".

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement