REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Menteri Kesehatan Turki, Fahrettin Koca mengatakan, negaranya mencatat 28.351 kasus virus corona baru dalam 24 jam terakhir, termasuk 6.814 dengan gejala, Rabu (25/11). Laporan itu pertama kali Ankara memasukkan total kasus Covid-19 tanpa gejala sejak Juli.
Jumlah tersebut sejauh ini merupakan tertinggi yang dilaporkan oleh pemerintah sejak wabah muncul. Tertinggi harian sebelumnya, yang hanya mencakup kasus dengan gejala, adalah 7.381, tercatat pada Selasa (24/11). Ankara hanya melaporkan kasus dengan gejala atau simptomatik sejak musim panas, yang menurut para kritikus menutupi skala sebenarnya dari wabah itu.
Selama konferensi pers pada Rabu, Koca secara tidak terduga mengatakan Ankara akan mulai mengumumkan jumlah totalnya. "Sejalan dengan permintaan dari orang-orang kami, kami berencana untuk memasukkan kasus positif yang tidak menunjukkan gejala di tabel harian," katanya.
Koca mengatakan, sekitar 80 persen orang yang dites positif tidak menunjukkan gejala atau gejala ringan. Data di situs kementerian menunjukkan, pasien dengan gejala total 467.730 pada Rabu. Sementara total kasus tidak diumumkan, Koca mengatakan itu akan dimasukkan dalam tabel dalam beberapa hari mendatang.
Data Kementerian Kesehatan menunjukkan 168 orang telah meninggal karena Covid-19 dalam 24 jam terakhir. Jumlah itu menjadi yang terbesar sejak awal wabah, meningkatkan jumlah kematian menjadi 12.840.
Koca pun mengumumkan, Turki telah menandatangani kontrak untuk membeli 50 juta dosis vaksin Covid-19 dari perusahan China, Sinovac Biotech Ltd. “Yang penting di sini kami mulai menggunakan vaksin yang dikenal efektif dan andal. ... Saya pikir kalender vaksinasi bisa dimulai pada 11 Desember," kata Koca.
Vaksin Covid-19 eksperimental Sinovac, CoronaVac, memicu respons imun yang cepat. Namun, hasil uji pendahuluan menunjukkan, vaksin itu menghasilkan tingkat antibodi lebih rendah daripada pada orang yang telah pulih.