REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan mendesak negara-negara mayoritas Muslim meningkatkan upaya unik untuk meredakan tekanan mata uang pada ekonomi, termasuk menggunakan mata uang lokal untuk perdagangan.
Berbicara selama pertemuan virtual Komite Tetap Organisasi Kerjasama Islam (OKI) untuk Kerja Sama Ekonomi dan Komersial (COMCEC) pada Rabu (25/11), Erdogan mengatakan, anggota COMCEC telah mengerjakan ini untuk beberapa waktu, tetapi belum mencapai koordinasi yang mereka inginkan.
"Sebagai negara Islam, semakin banyak kita berproduksi, semakin kuat ekonomi kita," kata dia dilansir dari laman TRT World pada Kamis (26/11).
Turki telah lama menganjurkan lebih banyak penggunaan mata uang lokal untuk perdagangan internasional daripada dolar atau euro. "Kita harus mengambil langkah-langkah menuju produksi dan perdagangan bernilai tambah daripada struktur ekspor berdasarkan bahan mentah atau produk setengah jadi," kata Erdogan.
Dia mengatakan, masa depan akan melihat sistem ekonomi berbasis kepentingan dunia digantikan oleh partisipasi berdasarkan pembagian risiko.
"Dalam hal ini, penting untuk memperluas penggunaan produk seperti Sukuk untuk membiayai investasi infrastruktur jangka panjang yang besar," kata dia.
Adapun sukuk merupakan sertifikat keuangan Islam, mirip dengan obligasi keuangan Barat, yang sesuai dengan hukum Islam. Dia mengatakan, negara-negara COMCEC harus mengambil langkah-langkah aktif untuk mencegah pandemi virus corona yang merugikan perdagangan luar negeri.
"Langkah-langkah yang akan kami ambil untuk meningkatkan perdagangan di antara negara-negara anggota COMCEC adalah penting," ucap Edogan.