REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Para pemimpin industri penerbangan dan perjalanan bakal mewajibkan suntikan vaksin Covid-19 bagi penumpang yang akan datang dan berangkat dari Australia. Kebijakan ini akan menjadi kunci Australia membuka kembali perbatasannya ke sebagian besar dunia.
Keberhasilan tiga vaksin potensial Covid-19 baru-baru ini telah meningkatkan harapan industri perjalanan internasional. Apalagi bos Qantas, Alan Joyce mengatakan, maskapai penerbangannya akan menjadikan bukti vaksinasi sebagai persyaratan bagi semua penumpang.
Industri maskapai penerbangan global mendorong untuk memulai kembali penerbangan berdasarkan tes Covid-19 yang ketat terhadap semua penumpang sebelum dan sesudah perjalanan. Namun, para pemimpin industri mengatakan kebijakan itu tidak praktis di Australia karena Covid-19 diklaim telah ditekan secara efektif.
Graham Turner, pendiri dan CEO dari grup pemesanan perjalanan terbesar di negara itu, Flight Centerm mengharapkan vaksinasi menjadi wajib bagi siapa pun yang bepergian ke atau dari Australia pada pertengahan 2021.
"Kebijakan ini akan membuka pintu transportasi udara untuk menjalankan perjalanan bebas karantina pada paruh kedua tahun depan, bahkan ke tujuan di Amerika Utara dan Eropa di mana tingkat infeksi Covid-19 tetap tidak terkendali," kata Turner dilansir dari Sydney Morning Herald pada Kamis (26/11).
CEO Qantas Alan Joyce sempat mengatakan, bukti vaksinasi akan menjadi syarat umum di seluruh industri penerbangan. Qantas melihat potensi penggunaan aplikasi ponsel untuk 'paspor vaksin' Covid-19.
Turner sepakat dengan pandangan Joyce mengenai kewajiban vaksinasi. Tujuannya, menghindari penularan Covid-19.
"Virus corona akan ada setidaknya selama beberapa tahun ke depan dan jika ada vaksin yang efektif. Cara yang jelas untuk memastikan pelancong tidak menyebarkannya dan tidak harus karantina adalah dengan memiliki persyaratan vaksinasi," ujar Turner.