Kamis 26 Nov 2020 15:27 WIB

Singapore Tourism Board Susun Prototipe Wisata Turis

Singapura akan hidupkan lagi sektor pariwisata dengan menerapkan protokol kesehatan

Rep: Antara/ Red: Christiyaningsih
Singapura akan hidupkan lagi sektor pariwisata dengan menerapkan protokol kesehatan. Ilustrasi.
Foto: Reuters
Singapura akan hidupkan lagi sektor pariwisata dengan menerapkan protokol kesehatan. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, SINGAPURA - Pemerintah Singapura sedang membuat prototipe keamanan untuk para turis mancanegara yang akan berkunjung selama pandemi Covid-19. Langkah ini diambil guna menghidupkan kembali industri pariwisata dan MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition).

Saat ini negara tersebut sudah memasuki fase 2. Itu artinya ruang publik, perkantoran, dan sekolah sudah mulai dibuka kembali meski restoran dan tempat hiburan masih dengan kapasitas yang terbatas. restoran dan tempat hiburan dibuka dengan kapasitas sekitar 50 persen dari keadaan normal.

Baca Juga

Akan tetapi pihak pemerintahnya, termasuk Singapore Tourism Board (STB), sudah mulai menyusun protokol keamanan dan keselamatan untuk turis di masa mendatang. Sebagai percobaan, acara pameran dagang travel TravelRevive pun diselenggarakan.

Tak hanya pameran, acara ini juga mengajak peserta untuk menjalani tur yang aman tapi tetap menyenangkan yang kemungkinan akan digunakan untuk para turis di masa mendatang.

"Ini adalah prototipe yang sedangkan dikembangkan. Jadi apa yang kita pelajari dari tur ini juga akan dilaporkan dan kita akan improve untuk turis normal, turis Asia untuk masa mendatang," ujar perwakilan STB Indonesia, Mohamed Firhan Abdul Salam saat berbincang dalam acara TravelRevive di Singapura, Kamis.

Firhan mengatakan saat ini pihak STB dan pelaku industri travel masih terus menggodok protokol yang terbaik bagi para turis. Dengan demikian meski dalam keadaan pandemi pengunjung tetap dapat melakukan perjalanan dengan aman.

"Yang terpenting adalah bagaimana menyiapkan protokol yang baik untuk pengunjung setelah post-Covid, bagaimana kita beradaptasi dalam tur dan program untuk secara global," kata Firhan.

Dalam percobaan tur ini, turis dibagi menjadi beberapa kelompok yang maksimal terdiri dari lima orang. Kelompok tersebut tidak boleh bertukar grup guna memudahkan dalam pelacakan jika ada yang positif virus corona.

Dalam setiap kunjungan ke destinasi wisata ataupun restoran, grup turis ini pun harus selalu bersama. Mereka harus menjaga jarak aman, menggunakan masker, dan memakai token TraceTogether sebagai aplikasi pelacak.

"Mungkin sekarang rekomendasi grouping-nya minimal lima, tapi itu protokol yang sekarang. Mungkin nanti ke depannya bisa berbeda karena kita harus diskusi sama industrinya juga dan mengikuti rekomendasi keadaan yang baru," kata Firhan.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement