REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Legenda sepak bola Indonesia, Bambang Nurdiansyah begitu berduka mendengar kematian sang legenda sepak bola Diego Armando Maradona. Meskipun bisa dibilang satu angkatan di dunia sepak bola, Maradona adalah idola bagi mantan striker Timnas Indonesia tersebut.
Bambang pun mengenang kiprah masa lalunya yang pernah berhadapan langsung dengan Maradona bersama dengan Timnas Argentina di Piala Dunia Usia KU-17 tahun 1979 di Tokyo Jepang.
"Sebuah sejarah Indonesia bisa lolos piala dunia KU-17 Tahun 1979 yang ikuti 16 negara. Kita lolos mewakili Asia. Kita satu grup dengan Argentina, Yugoslavia dan Polandia," ujar Banur sapaan akrabnya ketika dihubungi republika.co.id, Kamis (26/11).
Banur menambahkan, meski ketika itu main di timnas junior, Maradona sebelumnya sudah tampil bersama timnas senior Argentina. Jadi semua sudah tahu siapa Maradona. Apalagi ketika itu media gencar mengangkat profil Maradona yang diprediksi jadi bintang besar di dunia sepak bola.
"Sehingga sejak di Jakarta pun kita sudah antisipasi Maradona. Bahkan pelatih Timnas Indonesia, Sucipto Suntoro sudah menugaskan secara khusus Mundari Karya untuk menjaga Maradona," kata sosok berusia 59 tahun ini.
Namun kita memang kalah kelas lanjut Banur. "Babak pertama kita ketinggalan 0-5. Babak kedua sepertinya Argentina sudah mengendorkan permainan. Kalau tidak salah Maradona mencetak dua gol dalam laga tersebut," kata dia.
Maradona walau tidak tinggi dan berbadan gempal, menurut Banur, memilik skill yang luar biasa. "Skill itu tidak hanya menyihir penonton maupun lawannya. Namun skillnya mampu mengangkat tim baik ketika di Argentina maupun di Napoli dimana dia bahkan dijadikan Tuhan oleh sebagian pendukung Napoli," kata Banur.
"Jika ada Maradona, tim pasti terangkat. Meskipun Argentina ketika itu banyak pemain tidak terkenal, ada Maradona permainan menjadi terangkat begitu pula yang terjadi di Napoli, tim yang tidak terkenal diangkatnya menjadi juara Italia," kata dia menambahkan.
Bagu Banur, skill Maradona seakan memiliki Ruh. Berbeda dengan juniornya Lionel Messi, kata Banur, walau skill hebat, tapi tidak ada ruhnya.
"Pemain seperti Maradona tidak bisa dibentuk oleh manusia. Dia terlahir jadi bintang karena diciptakan oleh Tuhan. Selamat jalan sang legenda," kata sosok yang pernah melatih PSIS Semarang, Arema Malang, hingga Persija Jakarta.