REPUBLIKA.CO.ID, ADDIS ABABA -- Perdana Menteri Abiy Ahmed mengatakan persiapan militer Ethiopia dalam penyerangan ke wilayah Tigray sudah memasuki 'tahap akhir'. Hal ini disampaikan beberapa jam setelah mengultimatum pasukan Tigray tenggat waktu untuk menyerah sudah berakhir.
"Waktu 72 jam yang diberikan pada kelompok kriminal TPLF (Tigray People’s Liberation Front) untuk menyerah dengan damai sudah berakhir dan serangan penegak hukum kami sudah memasuki tahap akhir," cicitnya di Twitter, Kamis (26/11).
Ia menambahkan warga sipil akan diselamatkan dan sudah ribuan pasukan TPLF yang menyerah. TPLF belum dapat dimintai komentar. Klaim dari kedua belah pihak tidak dapat diverifikasi karena jaringan internet dan telepon diputus di wilayah Tigray sementara akses masuk dijaga ketat.
Beberapa jam usai ultimatum diumumkan, perwakilan dari Uni Afrika sudah bertemu dengan pemerintah Ethiopia untuk mengajak mereka mencapai perdamaian. Kelompok hak asasi manusia mengatakan penyerang pemerintah Ethiopia dapat menimbulkan banyak korban jiwa dari warga sipil.
Pada Ahad (22/11) lalu pemerintah Abiy memberikan waktu TPLF untuk menyerah dalam 72 jam. Jika tidak pemerintah federal akan mengerahkan pasukan skala besar di ibu kota Tigray, Mekelle. Mekelle adalah sebuah dataran tinggi dengan 500 ribu penduduk.
Konflik yang pecah 4 November lalu ini sudah mengakibatkan 42 ribu orang terpaksa mengungsi ke Sudan. Diperkirakan ribuan orang tewas dalam serangan udara dan pertempuran darat. Roket-roket TPLF menembak negara tetangga Eritrea.