Kamis 26 Nov 2020 20:45 WIB

Sekulerisme Barat yang Justru Krisis, Bukan Islam?

Sekulerisme di Eropa nyatanya tak sepenuhnya

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Nashih Nashrullah
Salah satu sudut kota Paris, Prancis.
Foto: AP
Salah satu sudut kota Paris, Prancis.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS – Kolumnis untuk Patheos, Gene Veith, menulis artikel tentang apa sebenarnya krisis yang dialami Amerika Serikat dan peradaban Barat yang secara umum terus terdengar. Dia memulai tulisannya dengan menyebut bahwa Brian Stewart menawarkan jawaban yang menarik dalam artikel Quillette Secular Modernity under Theocratic Assault. 

Stewart tidak menulis tentang ketakutan kiri bahwa Amerika akan diambil alih oleh orang Kristen konservatif, karena orang Kristen konservatif semakin terpinggirkan dari sebelumnya. Quillette adalah publikasi internasional, dan Stewart menulis tentang bahaya yang jauh lebih berdampak secara langsung ketimbang Islam radikal di Eropa.

Baca Juga

Secara khusus, Stewart membahas serentetan pemenggalan kepala dan serangan teroris di Prancis, setelah majalah satir Charlie Hebdo, tempat 12 orang tewas dalam serangan teroris pada 2015. Majalah itu menerbitkan lebih banyak kartun yang menggambarkan dan mengejek Nabi Muhammad.  

Islam melarang penggambaran apapun dari tokoh-tokoh agamanya, jadi gambar nabi apapun akan menyinggung, dan karikatur ini juga merendahkan. Mereka merupakan penistaan dalam Islam. Dan Islam percaya bahwa penistaan harus dihukum mati. Di negara-negara Muslim di bawah hukum Syariah, negara akan memberlakukan hukuman itu, tetapi di Eropa sekuler, para imigran Muslim melakukan tugas ini sendirian.