Jumat 27 Nov 2020 10:11 WIB

Kasus Covid-19 Prancis Mulai Turun

Karantina nasional Prancis mulai menunjukkan hasil bagi pengendalian Covid-19.

 Orang-orang yang memakai masker wajah menari saat demonstrasi menentang penutupan klub malam, bar, toko, dan restoran, di Lyon, Prancis tengah, Senin, 23 November 2020. Prancis masih memberlakukan karantina nasional untuk mengendalikan Covid-19.
Foto: AP/Laurent Cipriani
Orang-orang yang memakai masker wajah menari saat demonstrasi menentang penutupan klub malam, bar, toko, dan restoran, di Lyon, Prancis tengah, Senin, 23 November 2020. Prancis masih memberlakukan karantina nasional untuk mengendalikan Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Prancis melaporkan 13.563 infeksi Covid-19 pada Kamis (26/11). Angka itu lebih sedikit dibandingkan dengan 16.282 pada Rabu (25/11) dan 21.150 pekan lalu.

Penurunan angka itu menunjukkan penyebaran virus terus melambat pada pekan keempat pemberlakuan karantina nasional. Jumlah total kasus yang dikonfirmasi sekarang mencapai 2,18 juta di Prancis.

Baca Juga

Jumlah orang yang dirawat di rumah sakit akibat Covid-19 terus turun 662 menjadi 29.310. Sementara itu, jumlah pasien dalam perawatan intensif turun 130 menjadi 4.018 orang. Itu artinya, kecenderungan penurunan sejak dua pekan terakhir masih tampak, data kementerian kesehatan menunjukkan.

Presiden Emmanuel Macron mengatakan awal pekan ini bahwa karantina nasional dapat dicabut pada 15 Desember jika pada saat itu jumlah infeksi baru per hari turun menjadi 5.000 dan pasien Covid-19 dalam perawatan intensif menurun menjadi antara 2.500 dan 3.000. Prancis juga melaporkan 339 kematian akibat virus corona jenis baru di rumah sakit, turun dari 381 pada Rabu.

Rata-rata pergerakan tujuh hari menyangkut kematian di rumah sakit dan panti jompo sekarang berada pada angka 547. Angkanya telah, turun selama sepekan setelah puncaknya saat karantina wilayah selama musim gugur, yaitu 625 kematian.

Pada Selasa (26/11), Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan vaksin untuk mencegah Covid-19, penyakit yang disebabkan oleh virus corona baru (SARS-CoV-2) dapat mulai diberikan segera setelah akhir tahun di Prancis jika disetujui oleh regulator.

"Kami akan mengorganisasi kampanye vaksinasi yang cepat dan besar-besaran," kata Macron dalam pidato yang disiarkan televisi yang merinci bagaimana negara itu akan mulai mengurangi penguncian akhir pekan ini.

"Kami sangat mungkin, dan menunggu otorisasi dari otoritas kesehatan, mulai vaksinasi populasi yang paling rentan, oleh karena itu para lansia, paling cepat akhir Desember, awal Januari," katanya.

Ia menambahkan bahwa kelompok-kelompok populasi lain akan ditawari vaksinasi secara berurutan. Macron menyebut, vaksinasi tidak wajib.

Pemerintah negara-negara di Eropa sedang bekerja untuk memetakan apa yang bisa menjadi skema vaksinasi terbesar dalam beberapa dekade. Tugas tersebut tampak sangat menakutkan di Prancis, yang memiliki tingkat kepercayaan paling rendah di dunia terhadap vaksin.

Menurut jajak pendapat Ipsos untuk Forum Ekonomi Dunia, hanya 59 persen responden Prancis yang mengatakan mereka akan mendapatkan vaksin Covid-19 jika tersedia, dibandingkan dengan 67 persen di Amerika Serikat dan 85 persen di Inggris. Macron mengatakan komite ilmiah akan dibentuk untuk memantau vaksinasi dan sekelompok warga juga akan ambil bagian untuk memastikan transparansi.

sumber : Antara, Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement