Sabtu 28 Nov 2020 05:15 WIB

Kisah Mualaf: Kelly di Umur 13 Tahun Mencari Kebenaran Agama

Setelah menjadi Muslim, ia merasa lebih kuat dan lebih memahami banyak hal.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Ani Nursalikah
Kisah Mualaf: Kelly di Umur 13 Tahun Mencari Kebenaran Agama. Ilustrasi
Foto: onislam.net
Kisah Mualaf: Kelly di Umur 13 Tahun Mencari Kebenaran Agama. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, ALEXANDRIA -- Natassia M Kelly awalnya seorang kristiani yang rajin ke gereja dan pergi ke sekolah Alkitab. Meski demikian, di balik kesehariannya itu ia merasa agama tidak pernah menjadi bagian besar dalam hidupnya.

Saat berdoa, meminta bimbingan dan kekuatan di masa ia putus asa, ia merasa dekat dengan Tuhannya. Namun, rasa itu menguap dan hilang ketika ia tak lagi menginginkan sesuatu.

Baca Juga

Di dunia ini, ia meyakini Tuhan diperlukan untuk membawa ketertiban atas dunia yang kacau balau. Jika tidak ada Tuhan, dunia akan kacau dan habis ribuan tahun yang lalu. Meski ia percaya kepada Tuhan, Kelly menyebut dirinya kurang iman.

Saat menginjak umur 12 tahun, ia mulai mendalami pemikiran tentang spiritualitasnya.  Ia menyadari ada kehampaan dalam hidupnya di mana iman itu seharusnya berada. Secara perlahan, Kelly mulai mencari tahu siapa Tuhan itu.

Dalam buku English Stories of New Muslim, ia menyebut pernah bertanya kepada ibunya kepada siapa ia seharusnya berdoa, apakah Tuhan atau Yesus. Sang ibu lantas menjawab ia seharusnya berdoa kepada Yesus.

Di lain kesempatan ia kerap berdebat dengan teman-temannya tentang Protestan, Katolik, dan Yudaisme. Melalui perdebatan ini, ia semakin ingin mencari dan mengisi kekosongan yang ada di hatinya. Puncaknya, di usia 13 tahun ia mulai mencari kebenaran.

Perdebatan dan obrolan tentang Tuhan terus ia lakukan sembari lebih banyak membaca Alkitab. Namun, ia tidak merasa melangkah lebih jauh dari posisi semula. 

Pengetahuan yang ia dapat kerap ia bagikan dengan keluarga. Kelly banyak belajar tentang keyakinan, praktik, doktrin agama Kristen hingga keyakinan serta praktik minimal Yudaisme.

Beberapa bulan kemudian, ia menyadari jika ia percaya pada agama Kristen dan percaya akan adanya hukuman di neraka. Menurut ucapan salah satu pendeta yang sempat ia dengar, ia akan tetap menuju neraka bahkan tanpa mempertimbangkan dosa atau perlakuan yang ia lakukan di masa lalu. 

Mengetahui hal ini, Kelly semakin merasa ketakutan dan tidak nyaman. Ia sering mengalami mimpi buruk dan merasa sendirian di dunia yang luas ini. Pertanyaan yang bersarang di kepalanya tentang agama yang ia anut semakin bertambah tanpa benar-benar mendapat jawaban yang memuaskan.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement