REPUBLIKA.CO.ID, ALEXANDRIA -- Natassia M Kelly awalnya seorang kristiani yang rajin ke gereja dan pergi ke sekolah Alkitab. Meski demikian, di balik kesehariannya itu ia merasa agama tidak pernah menjadi bagian besar dalam hidupnya.
Saat berdoa, meminta bimbingan dan kekuatan di masa ia putus asa, ia merasa dekat dengan Tuhannya. Namun, rasa itu menguap dan hilang ketika ia tak lagi menginginkan sesuatu.
Di dunia ini, ia meyakini Tuhan diperlukan untuk membawa ketertiban atas dunia yang kacau balau. Jika tidak ada Tuhan, dunia akan kacau dan habis ribuan tahun yang lalu. Meski ia percaya kepada Tuhan, Kelly menyebut dirinya kurang iman.
Saat menginjak umur 12 tahun, ia mulai mendalami pemikiran tentang spiritualitasnya. Ia menyadari ada kehampaan dalam hidupnya di mana iman itu seharusnya berada. Secara perlahan, Kelly mulai mencari tahu siapa Tuhan itu.
Dalam buku English Stories of New Muslim, ia menyebut pernah bertanya kepada ibunya kepada siapa ia seharusnya berdoa, apakah Tuhan atau Yesus. Sang ibu lantas menjawab ia seharusnya berdoa kepada Yesus.
Di lain kesempatan ia kerap berdebat dengan teman-temannya tentang Protestan, Katolik, dan Yudaisme. Melalui perdebatan ini, ia semakin ingin mencari dan mengisi kekosongan yang ada di hatinya. Puncaknya, di usia 13 tahun ia mulai mencari kebenaran.
Perdebatan dan obrolan tentang Tuhan terus ia lakukan sembari lebih banyak membaca Alkitab. Namun, ia tidak merasa melangkah lebih jauh dari posisi semula.
Pengetahuan yang ia dapat kerap ia bagikan dengan keluarga. Kelly banyak belajar tentang keyakinan, praktik, doktrin agama Kristen hingga keyakinan serta praktik minimal Yudaisme.
Beberapa bulan kemudian, ia menyadari jika ia percaya pada agama Kristen dan percaya akan adanya hukuman di neraka. Menurut ucapan salah satu pendeta yang sempat ia dengar, ia akan tetap menuju neraka bahkan tanpa mempertimbangkan dosa atau perlakuan yang ia lakukan di masa lalu.
Mengetahui hal ini, Kelly semakin merasa ketakutan dan tidak nyaman. Ia sering mengalami mimpi buruk dan merasa sendirian di dunia yang luas ini. Pertanyaan yang bersarang di kepalanya tentang agama yang ia anut semakin bertambah tanpa benar-benar mendapat jawaban yang memuaskan.