REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aktris sekaligus penyanyi Dewi Yull mengungkapkan keinginan dan harapannya agar film Indonesia mulai dilengkapi dengan teks percakapan (subtitle). Dengan begitu, penyandang tuli dapat ikut menyaksikan dan mendukung film Indonesia.
"Di perfilman nasional, adanya subtitle atau teks di film perlu diperjuangkan. Anak-anak saya yang tuli, lebih memilih untuk menonton film luar negeri karena ada teksnya, tapi film Indonesia tidak ada. Rasanya seperti menonton film tanpa suara," kata Dewi dalam pembukaan Kompetisi TIK Secara Daring bagi Disabilitas Tingkat Nasional oleh Kominfo, Jumat.
Dewi berharap, pemerintah maupun melalui Kementerian Kominfo RI mampu menjembatani hal tersebut. Dengan begitu, film Indonesia bisa lebih inklusif lagi untuk dinikmati.
"Semoga Kominfo bisa menjembatani hal itu, agar teman-teman tuli juga bisa mencintai film Indonesia," kata ibu yang memiliki dua anak tuli tersebut.
Lebih lanjut, Dewi memberikan dukungan kepada guru dan orang tua yang dikaruniai anak difabel. Ia berharap, guru dan orang tua tidak pernah lelah menyemangati, tidak perlu membedakan, serta lebih banyak mendengarkan.
"Jangan pernah lelah beri semangat, tidak perlu membedakan, dengarkan apa mau mereka. Saya tidak membedakan, kalau mereka berprestasi, kita berikan apresiasi. Pun dengan kesalahan, kita boleh tegur," katanya.
Memiliki dua anak tuli tidak pernah dianggap Dewi sebagai suatu hal yang memberatkan hidupnya. Ia justru merasa kehadiran anak-anaknya, dengan kondisi apa pun, sebagai kado terindah dari Tuhan. Ia meyakini kekurangan yang terlihat merupakan kelebihan yang tersembunyi.
"Tuhan itu adil dan penyayang. Teman-teman difabel itu peluangnya sama untuk meraih mimpi dan cita-cita setinggi langit. Mari dengarkan, apa yang mereka ingin harapkan. Dan orang tua, guru, percakapan jangan selalu searah," kata Dewi.
"Tetap semangat untuk para pendidik, orang tua. Terus berikan kasih sayang, mau mendengar, beri kesempatan untuk buktikan bakat yang belum tertampang," tuturnya.
Belum lama ini, anak bungsu Dewi, yaitu Panji Surya Sahetapy, lulus dari Associate of Science in Applied Liberal Arts -Immersions: ASL & Deaf Studies di New York, dengan gelar Cum Laude. Seperti sang ibu, selain berprestasi, Surya juga dikenal sebagai seorang aktivitis tuli. Lewat Instagram-nya, Surya kerap membagikan terkait bahasa isyarat.
Sementara itu, Menteri Kominfo Jhonny G Plate mengatakan bahwa pemerintah selalu memberikan ruang dan kesempatan yang luas kepada kaum difabel untuk meningkatkan kapasitas dan kapabilitas mereka. Kompetisi TIK Secara Daring bagi Disabilitas Tingkat Nasional ini juga merupakan upaya Kementerian Kominfo dan BAKTI untuk memperluas kesempatan dan mengembangkan ekosistem digital yang lebih inklusif di Indonesia.
"Terdapat ruang luas untuk memastikan akses digital yang setara untuk teman-teman difabel, agar mampu meningkatkan kapasitas dan kapabilitas mereka," kata Johnny.