REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Supermodel berhijab Halima Aden membulatkan tekad untuk meninggalkan dunia fashion yang melambungkan namanya. Dalam serangkaian unggahan Instagram Story, ia menceritakan bagaimana pekerjaan di industri permodelan membuatnya semakin terlepas dari identitasnya sebagai seorang Muslim.
"Saya hanya bisa menyalahkan diri sendiri karena lebih memerhatikan peluang daripada apa yang sebenarnya dipertaruhkan," tulis model berusia 23 tahun itu dikutip laman Aljazirah, Jumat (27/11).
Aden merupakan salah satu model pertama yang mengenakan hijab saat mewakili label mewah. Terlepas dari kesuksesannya sebagai perempuan kulit hitam sekaligus Muslimah di industri ini, Aden mengatakan, dia sering merasa tertekan.
Aden merasa tidak nyaman selama proses pemotretan. Pandemi Covid-19 membuat dia kontemplasi sehingga membuka matanya untuk meninggalkan industri fashion dan memilih untuk lebih mengikuti ajaran agamanya.
"Saya akhirnya menyadari kesalahan saya dalam perjalanan berhijab saya," kata Aden, yang lahir di kamp pengungsi di Kenya dan pindah ke Amerika Serikat pada usia tujuh tahun.
Dalam unggahan terpisah yang menggambarkan Aden dengan ibunya, dia mengatakan bahwa keputusannya adalah bulat dari dalam dirinya sendiri. "Saya mengambil sikap untuk diri saya sendiri tetapi saya juga mengambil sikap untuk semua orang yang kehilangan jiwa mereka karena mode. Kami tidak akan membutuhkan perwakilan Anda," ujarnya.
Aden pertama kali menjadi berita utama pada 2016, ketika dia menjadi perempuan pertama yang mengenakan jilbab di kontes Miss Minnesota USA. Sejak itu, dia telah muncul di sampul Vogue Inggris dan di New York Fashion Week.
Aden adalah model pertama yang mengenakan hijab dan burkini seluruh tubuh dalam edisi baju renang tahunan Sports Illustrated. Banyak Pengguna Twitter memuji model tersebut karena mengambil sikap berani terhadap industri.