REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Riset Media and Religious Trend Indonesia (MERIT) menemukan ada empat kategori paham yang berkembang dan mendominasi narasi keagamaan di media sosial. Di antaranya yaitu paham konservatif sebesar 62,2 persen, moderat 22,2 persen, liberal 6,1 persen dan Islamis 4.5 persen.
Sedang paham radikal tidak teridentifikasi karena sangat kecil. Riset tersebut Menggunkanan data twitter dari 2009-2019 dengan sampel kata kunci keagamaan dengan 2 juta twit, 7,5 adges dan 750 ribu user.
Koordinator MERIT, Iim Halimatusadiyah menjelaskan perubahan narasi keagamaan di media sosial juga dipengaruhi oleh kompetisi elit politik. Seperti narasi konservatif yang terus meningkat pada 2014 hingga saat ini. “Politisasi agama untuk kepentingan politik ternyata berperan dalam perubahan narasi keagamaan dan meningkatnya narasi konservatisme di Media Sosial,” tutur Iim saat menjadi pembicara dalam diskusi virtual Moderasi Beragama dan Polarisasi di Dunia Maya pada Jumat (27/11).
MERIT juga menganalisis narasi keagamaan yang berkembang di dunia maya melalui hashtag di mana ada empat kategori isu yaitu keagaman secara umum yang cenderung netral, keagamaan koservatif, agama dan politik, dan kelompok yang diperdebatkan. Di temukan isu agama konservatif, dan isu agama politik di medsos meningkat tajam terutama pada tahun politik seperti 2014 dan 2018. Sedang isu-isu kelompok keagamaan di medsos meningkat bersamaan dengan meningkatnya isu agama-politik.
Lalu bagaimana politisasi narasi keagamaan berdampak pada polarisasi di media sosial? Iim menjelaskan dari proporsi hastag tersebut dengan prediksi liberal, moderat, konservatif dan Islamis ditemukan bahwa hastag agama-politik paling banyak terkonsentrasi di narasi konservatif sebanyak 55 persen. Sedangkan untuk isu kelompok keagamaan, narasi Islamis mendominasi sebanyak 48 persen. Begitu juga untuk isu agama konservatif paling banyak didominasi pada narasi Islamis sebesar 41 persen.
Sedangkan untuk isu agama umum didominasi oleh narasi moderat sebesar 46 persen. “kelompok liberal belum cukup lihai bermain media sosial dalam kontek hashtag. Yang lebih dominan disini konservatif dan islamis. Mereka tahu benar bagaimana menggunakna media sosial untuk menggaungkan narasi yang mereka buat,” tuturnya.
Iim menjelaskan dari hasil riset MERIT itu dapat disimpulkan bahwa narasi keagamaan di media sosial didominasi oleh narasi konservatisme. Selain itu riset itu juga menunjukan politisasi agama berklontribusi bagi peningkatan narasi konservatisme di media sosial. Selain itu politisasi narasi keagamaan juga berdampak pada polarisasi di media sosial.