REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Badan intelijen Korea Selatan menggagalkan upaya Korea Utara untuk meretas perusahaan Seoul yang sedang mengembangkan vaksin virus Corona. Menurut anggota komite intelijen parlemen, Ha Tae-keung, kabar itu didapatkan dari laporan Badan Intelijen Nasional (NIS), Jumat (27/11).
Ha menyatakan, NIS tidak merinci berapa banyak dan perusahaan atau lembaga pembuat vaksin yang menjadi sasaran serangan siber tersebut. Namun, dia mengatakan, tidak ada kerusakan dari upaya peretasan.
Pengungkapan itu muncul setelah Microsoft mengatakan awal bulan ini bahwa peretas yang bekerja untuk pemerintah Rusia dan Korea Utara telah mencoba masuk ke jaringan tujuh perusahaan farmasi dan peneliti vaksin. Ketujuh perusahan dan lembaga penelitian itu terdapat di Kanada, Prancis, India, Korea Selatan, dan Amerika Serikat.
Ha dan anggota lain Kim Byung-kee mengatakan, pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un telah mengambil beberapa tindakan tidak masuk akal karena paranoia Covid-19. Salah satunya adalah melarang penangkapan ikan dan produksi garam karena air laut mungkin telah terkontaminasi virus.
"Dia telah mengekspresikan emosi berlebihan, kemarahan dan tanda-tanda stres, dan semakin memberikan perintah yang tidak masuk akal," kata Ha.
Korea Utara belum mengonfirmasi infeksi virus Corona, tetapi NIS mengatakan wabah di wilayah itu tidak dapat dikesampingkan. Hal ini mempertimbangkan Korea Utara yang memiliki perdagangan aktif dan pertukaran orang dengan China sebelum menutup perbatasan pada akhir Januari.