Sabtu 28 Nov 2020 00:31 WIB

Keterisian RS Covid-19 di Jabar Capai 65 Persen

Pemerintah tidak pernah berharap keterisian ruang perawatan pasien Covid-19 maksimal.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Agus Yulianto
Gubernur Jawa Barat M Ridwan Kamil
Foto: ANTARA/Sigid Kurniawan
Gubernur Jawa Barat M Ridwan Kamil

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan, keterisian ruang isolasi dan perawatan pasien positif Covid-19 di berbagai rumah sakit (RS) di Jawa Barat saat ini mencapai 65 persen. Menurutnya, angka tersebut sudah mencapai batas kritis yang ditetapkan WHO.

"Rumah sakit masih memadai, walaupun memang dalam teori WHO, sudah mencapai titik kritis. Titik kritis itu ada di 65 persen, kita sudah berada di titik itu," ujar Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil di Gedung Pakuan, Jumat (27/11).

Menurut Emil, kalau angka keterisian rumah sakit di setiap kabupaten dan kota telah mencapai 65 persen bahkan lebih, maka itulah saatnya pemerintah daerah menyediakan tempat perawatan alternatif lainnya.

"Artinya kita akan cari cara di Jawa Barat. Kalau persentasenya sudah di 65 persen, itulah momen para kepala daerah menambahi ruang-ruang isolasi, sehingga prosentasenya turun," katanya.

Pemerintah, kata dia, tidak pernah berharap keterisian ruang perawatan pasien Covid-19 di rumah sakit mencapai 100 persen. Karenanya, penambahan ruangan pun dilakukan.

Sementara menurut Ketua Divisi Manajemen Fasyankes Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan Covid-19 Jawa Barat, Marion Siagian,  penambahan fasilitas ini dilakukan dengan cara refocusing atau alih fungsi tempat tidur dan fasilitas pendukung lainnya yang sudah ada menjadi khusus untuk penanganan Covid-19.

"Dalam seminggu ini saja kita sudah menambah tempat tidur rumah sakit itu atau refocusing 308 tempat tidur," kata Marion.

Penguatan fasilitas pelayanan kesehatan atau fasyankes, kata dia, tidak hanya berkaitan dengan penambahan kapasitas tempat tidur di rumah sakit atau pusat isolasi, tetapi juga perlu penambahan sumber daya manusia atau SDM, baik tenaga kesehatan maupun nonkesehatan, penambahan alat-alat kesehatan, alat pelindung diri atau APD, ketersediaan obat-obatan, sistem rujukan, serta tes swab untuk pasien di fasyankes, kontak erat pasien dan tenaga kesehatan yang merawat pasien di fasyankes

Menurutnya, penguatan fasyankes harus pula disertai dengan kedisiplinan masyarakat dalam terapkan protokol kesehatan 3M, yakni memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan dengan sabun. Tujuannya untuk menekan potensi penularan Covid-19. 

Marion menjelasakan, terdapat sekitar 830 tempat tidur di pusat isolasi nonrumah sakit kabupaten/kota. Kemudian ada sekitar 190 tempat tidur di Gedung Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Provinsi Jabar. Kapasitas BPSDM Jabar sendiri dapat mencapai 600 tempat tidur. 

Pada awal September, jumlah tempat tidur di ruang isolasi di rumah sakit rujukan Covid-19 se-Jabar mencapai 4.094. Sesuai Surat Keputusan (SK) Gubernur Jabar, Jabar memiliki 105 rumah sakit rujukan. Ditambah dengan rumah sakit rujukan melalui SK bupati atau wali kota. Total yang melayani pasien Covid-19 di Jabar ada 322 rumah sakit. 

Berdasarkan data dari Pikobar sampai Jumat (27/11), total kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di Jabar mencapai 50.482 orang. Jumlah yang masih dirawat mencapai 7.668 orang atau 15.19 persennya. Sedangkan pasien yang sembuh sudah mencapai 41.932 orang atau 83.06 persennya, dan yang meninggal mencapai 882 orang atau 1.75 persen.

Total kasus kontak erat di Jabar mencapai 117.148 orang, yang masih menjalani karantina sebanyak 15.762 orang atau 13.45 persen. Sedangkan total kasus suspect sebanyak 92.027 orang, yang dirawat mencapai 3.917 orang atau 4.26 persen. 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement