Sabtu 28 Nov 2020 03:30 WIB

MUI Diharapkan Jadi Tenda Besar Umat Islam

MUI diharap menjadi tenda besar umat Islam di Indonesia.

Rep: Muhyiddin/ Red: Muhammad Hafil
 MUI Diharapkan Jadi Tenda Besar Umat Islam. Foto: Ketua Umum MUI terpilih periode 2020-2025 Miftachul Akhyar saat penutupan Musyawarah Nasional X MUI di Jakarta, Jumat (27/11). Miftachul Akhyar terpilih sebagai ketua umum MUI periode 2020-2025 menggantikan Ma’ruf Amin setelah ditetapkan secara mufakat oleh tim formatur Munas X dan MUI.
Foto: Republika/Thoudy Badai
MUI Diharapkan Jadi Tenda Besar Umat Islam. Foto: Ketua Umum MUI terpilih periode 2020-2025 Miftachul Akhyar saat penutupan Musyawarah Nasional X MUI di Jakarta, Jumat (27/11). Miftachul Akhyar terpilih sebagai ketua umum MUI periode 2020-2025 menggantikan Ma’ruf Amin setelah ditetapkan secara mufakat oleh tim formatur Munas X dan MUI.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat untuk periode 2020-2025 telah resmi dipimpin oleh KH Miftachul Akhyar, seorang ulama yang selama ini memegang pucuk pimpinan tertinggi NU, yakni Rais Aam. Karena itu, Kiai Miftach diharapkan bisa menjadikan MUI sebagai tenda besar bagi seluruh umat Islam di Indonesia.

Pengasuh Pondok Pesantren Cendikia Amanah Depok, KH Cholil Nafis mengatakan, Kiai Miftach sangat dikenal dan dihormati di puncak organisasi NU, salah satu ormas Islam terbesar di Indonesia dan terkenal sebagai organisasi Islam yang moderat.

Baca Juga

“Karena itu, kami punya harapan besar bahwa MUI menjadi tenda besar bagi umat Islam, menjadi kemitraan kita dalam membangun bangsa ini, agama sebagai keyakinan, dan agama juga sebagai landasan muamalah,” ujar Kiai Cholil saat dihubungi Republika, Jum’at (27/11).

Dia pun optimis Kiai Miftach akan bisa mewujudkan harapan besar tersebut. Karena, menurut dia, Kiai Miftach juga merupakan sosok kiai yang sangat tawadhu’, adem, halus, dan damai. “Saya punya harapan besar, karena beliau orang tua yang bisa mengayomi yang muda-muda, sehingga nanti beliau bisa menjaga mukhafadah 'ala al-qadimi al-shalih, dapat meneruskan capain baik oleh MUI sebelumnya, termasuk standar ISO ini,” ucap Kiai Cholil.

Selain itu, tambah dia, Kiai Miftach juga merupakan sosok ulama yang bisa menjalin komunikasi dengan kalangan muda. Karena itu, Kiai Cholil yakin Kiai Miftach akan bisa memberikan yang terbaik untuk MUI.

“Beliau juga bisa memberikan yang terbaik dengan dibantu oleh yang muda-muda. Karena banyak sekali yang menjadi pengurus MUI kali ini adalah yang muda-muda,” kata Kiai Cholil, yang juga dipercaya sebagai salah satu Ketua MUI periode 2020-2025.

Sementara itu, Kiai Miftach sendiri telah menyampaikan pidato perdananya saat penutupan Munas X MUI di Jakarta, Jum’at (27/11). Dalam sambutannya, Kiai Miftach mengatakan bahwa misi dakwah yang akan dia emban selama lima tahun ke depan bukanlah hal mudah. Menurut dia, tugas baru yang harus dia pikul merupakan amanah yang sangat berat.

“Saya ini yang lebih terbebani daripada yang lain karena saat ini bukan hanya anak bangsa, tetapi  dunia juga menanti kiprah dan apa yang akan kita suguhkan kepada mereka,” ujarnya dalam arena Munas X MUI, di Jakarta, Jumat (27/11).

Kiai Miftach juga memaparkan konsep dakwah yang akan dia lakoni selama masa kepemimpinannya nanti, di mana dia akan membawa arus dakwah Islam menjadi lebih berwarna dengan menyongsong nilai kedamaian agama Islam sebagai ciri khas cara berdakwahnya, tanpa ada sistem provokasi yang justru bisa memecah belah umat Islam Indonesia.

“Dakwah itu mengajak bukan mengejek, merangkul bukan memukul, menyayangi bukan menyaingi, mendidik bukan membidik, membina bukan menghina, mencari solusi bukan mencari simpati, membela bukan mencela,” jelas Kiai Miftach.

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement