REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Cendekiawan Muslim yang juga Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Azyumardi Azra menilai kelompok moderat perlu lebih bersuara di media sosial untuk mengimbangi narasi-narasi yang dibangun kelompok konservatif. Hal itu diungkapkan Azyumardi saat mengisi diskusi virtual PPIM UIN Jakarta dengan tema Moderasi Beragama dan Polarisasi di Dunia Maya pada Jumat (27/11).
Azyumardi menjelaskan saat ini kelompok konservatif dengan pemikiran keagamaan yang radikal mendominasi media sosial. Pada sisi lain banyak masyarakat pengguna media sosial yang meminta agar akun-akun media sosial tersebut di take down. Sementara kepolisian meski memiliki unit siber namun lebih fokus menangani akun-akun medsos yang menjadi oposisi terhadap pemerintahan. Alhasil, penanganan terhadap akun medsos yang membuat kekacauan pada keagamaan cenderung dibiarkan.
"Kalau yang kritis-kritis pada rezim yang berkuasa bisa dipanggil. Tetapi pada medsos yang membuat kekacauan keagamaan rata rata di biarkan saja, polisi tidak terlalu peduli. Apa yang ditulis influencer atau buzer yang pro rezim yang tidak menyenangkan dari sudut keagamaan itu dibiarkan saja oleh polisi, jadi ada yang mempersoalkan itu," kata Azra.
Karena itu menurutnya perlu edukasi agar pengguna medsos dapat membuang pesan-pesan yang dibangun kelompok konservatif di medsos. Selain itu ia medorong kelompok moderat agar lebih bersuara.
"Kaum moderat di indonesia itu besar tapi diam silent majority. Kita harus mendorong mereka, jadi ada panduan ke publik. Jadi kelompok moderat ini harus banyak bersuara," katanya.