Ahad 29 Nov 2020 03:50 WIB

Peristiwa Sigi, PGI: Serahkan ke Pihak Berwajib    

PGI meminta pihak berwajib mengutus tuntas kasus pembunuhan sigi

Rep: Adysha Citra Ramadani / Red: Nashih Nashrullah
Ketum PGI Pdt Gomar Gultom meminta pihak berwajib mengutus tuntas kasus pembunuhan sigi
Foto: pgi.or.id
Ketum PGI Pdt Gomar Gultom meminta pihak berwajib mengutus tuntas kasus pembunuhan sigi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Tragedi di Desa Lembantongoa, Kabupaten Sigi, menyisakan kesedihan mendalam bagi semua yang terdampak. 

Ketua Umum Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia (PGI) mengajak masyarakat untuk bahu membahu menciptakan keamanan dan kenyamanan bersama.

Baca Juga

"Saya mengungkapkan belarasa kepada keluarga yang ditinggal dan umat Balai Keselamatan," ujar Ketua Umum PGI Pendeta Gomar Gultom dalam pesan singkat yang diterima Republika.co.id, Sabtu (28/11).

Pendeta Gultom mengatakan dalam peristiwa kekerasan yang terjadi di Desa Lembantongoa ini ada empat warga yang dibunuh secara sadis. Selain itu, pembakaran terhadap Rumah Ibadah Balai Keselamatan dan enam rumah warja juga terjadi dalam peristiwa ini.

"Peristiwa yang sangat mengenaskan seperti ini mengingatkan kita akan beberapa kejadian berulang yang secara sporadis terjadi di daerah Sulawei Tengah," tambah Pendeta Gultom. 

Terkait peristiwa ini, Pendeta Gultom memohon kepada para pawarat keamanan untuk menuntaskan kombatan teroris yang tersisa. Tujuannya adalah untuk membebaskan masyarakat dari ancaman teror, khususnya masyarakat di sekitaran Poso dan Sigi. 

Pendeta Gultom juga menekankan bahwa kehadiran negara diperlukan di seluruh negeri untuk memulihkan rasa aman di tengah masyarakat. 

Di samping itu, Pendeta Gultom juga mengimbau masyarakat untuk tetap tenang. Pendeta Gultom meminta agar masyarakat dapat menyerahkan penanganan masalah ini sepenuhnya kepada aparat yang berwajib. "Marilah kita semua bahu-membahu menciptakan keamanan dan kenyamanan berasama," ungkap Pendeta Gultom. 

Pada Jumat (27/11) sekitar pukul 08.00 WITA, beberapa OTK mendatangi permukiman warga transmigrasi dan membunuh empat orang serta membakar beberapa buah rumah.

Hingga kini, kata dia, kebanyakan warga transmigrasi di wilayah tersebut mengungsi sementara, karena merasa takut akan keselamatan jiwa mereka. Masyarakat pada umumnya juga takut untuk pergi ke kebun.

 

Desa Lembantongoa, salah satu desa di Kecamatan Palolo sampai sekarang ini terbilang masih sulit akses jalannya, terutama di musim hujan, sebab baru sebagian badan jalan yang sudah dicor semen. "Sebagian lagi belum, sehingga ketika musim hujan sering putus karena tertimbun tanah longsor," katanya lagi. Penghasilan utama masyarakat Desa Lembantongoa selama ini selain dari hasil pertanian, perkebunan, juga hasil hutan berupa kayu dan rotan. 

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement