REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Pemerintah Filipina menyebut sekitar 60 juta orang warganya menjadi target vaksinasi Covid-19 tahun depan. Diperkirakan biaya vaksinasi mencapai 1,4 miliar dolar AS untuk mengembangkan kekebalan di kalangan mayoritas warga Filipina.
Kepala Pelaksana Kebijakan Nasional Filipina Melawan Covid-19 Carlito Galvez Jr mengatakan, negosiasi sedang berlangsung dengan empat perusahaan farmasi negara Barat dan China. Di antaranya, Pfizer yang berbasis di Amerika Serikat dan Sinovac Biotech China, untuk mengamankan vaksin awal tahun depan. Salah satu perusahaan yang berbasis di Inggris, AstraZeneca, dikabarkan siap memasok hingga 20 juta vaksin.
"Kami akan menargetkan komunitas yang paling rentan dan termiskin di daerah yang terkena dampak," kata Galvez saat berbicara tentang siapa yang akan diprioritaskan mendapat vaksinasi dilansir dari kantor berita Bernama pada Sabtu (28/11).
Sementara itu, Presiden Rodrigo Duterte mengatakan ingin polisi dan personel militer diprioritaskan memperoleh vaksin. Sebab kedua institusi itu sudah banyak pengorbanan dalam pandemi ini, termasuk dalam pekerjaan tanggap bencana.
"Saya membutuhkan militer dan polisi yang sehat. Karena jika mereka semua sakit tidak ada yang dapat saya andalkan," kata Duterte.
Diketahui, Filipina memiliki lebih dari 420 ribu kasus Covid-19 yang dikonfirmasi. Jumlah ini merupakan kasus Covid-19 terbanyak kedua di Asia Tenggara setelah Indonesia.