Ahad 29 Nov 2020 06:51 WIB

Teror di Sulteng, Satgas Tinombala Diminta Pastikan Keamanan

Teror diduga dilakukan Mujahidin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Ali Kalora

Rep: Arif Satrio Nugroho/ Red: Christiyaningsih
Sejumlah personil Brimob yang tergabung dalam Satuan Tugas (Satgas) Operasi Tinombala 2017 berjaga di Pos Pengamanan di Desa Sedoa, Kecamatan Lore Utara, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, Minggu (2/4).
Foto: Antara/Mohamad Hamzah
Sejumlah personil Brimob yang tergabung dalam Satuan Tugas (Satgas) Operasi Tinombala 2017 berjaga di Pos Pengamanan di Desa Sedoa, Kecamatan Lore Utara, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah, Minggu (2/4).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua DPR RI Azis Syamsuddin menyesalkan terjadinya pembunuhan satu keluarga yang terjadi di Desa Lembatonga Sulawesi Tengah (Sulteng) secara membabi buta oleh orang tak dikenal. Ia mendesak agar Polri segera menangkap pelaku dan menyelidiki mengetahui motif dari peristiwa itu.

Jika Polda Sulteng telah mengantongi identitas kelompok itu dengan mengatasnamakan Mujahidin Indonesia Timur (MIT), maka Polda Sulteng harus dapat menangkap dan mengungkap segera motif tersebut.

Baca Juga

"Di sana juga ada Satgas Tinombala pastinya itu lebih cepat. Jangan sampai peristiwa ini membuat masyarakat takut untuk keluar untuk melakukan ibadah maupun aktivitas keseharian," kata Pimpinan DPR Koordinator Politik dan Keamanan itu, Ahad (29/11).

Politikus Golkar itu berharap masyarakat tidak terpancing dan terprovokasi atas peristiwa tersebut. Pemerintah harus selalu melakukan pendekatan secara sosial budaya dalam memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang ancaman terorisme dengan pendekatan budaya.

"Mari kita serahkan kepada aparat keamanan untuk mengungkapnya dan kita tunggu informasi resmi kembali dari pihak kepolisian. Ancaman terorisme menjadi hal yang rentan bagi bangsa yang patut terus kita waspadai dari waktu ke waktu," ujarnya.

Pada Jumat (27/11) sekitar pukul 08.00 WITA, beberapa OTK mendatangi permukiman warga transmigrasi dan membunuh empat orang serta membakar beberapa buah rumah. Hingga kini, kebanyakan warga transmigrasi di wilayah tersebut mengungsi sementara karena merasa takut akan keselamatan jiwa mereka. Masyarakat pada umumnya juga takut untuk pergi ke kebun.

Desa Lembantongoa, salah satu desa di Kecamatan Palolo, sampai sekarang ini terbilang masih sulit akses jalannya terutama di musim hujan. Sebab baru sebagian badan jalan yang sudah dicor semen. "Sebagian lagi belum, sehingga ketika musim hujan sering putus karena tertimbun tanah longsor," katanya lagi.

Penghasilan utama masyarakat Desa Lembantongoa selama ini selain dari hasil pertanian, perkebunan, juga hasil hutan berupa kayu dan rotan. Kepolisian Republik Indonesia (Polri) mengungkapkan peristiwa pembunuhan tersebut diduga dilakukan kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Ali Kalora.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement