Ahad 29 Nov 2020 13:26 WIB

El Salvador Pamerkan Penangkapan Anggota Geng dengan Diarak

Ratusan anggota geng ditangkap polisi dengan tuduhan kejahatan dan kekerasan

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
 Anggota geng Barrio 18 tetap bersama di belakang sel di penjara dengan keamanan maksimum di Quezaltepeque, El Salvador, 04 September 2020. Penurunan tajam dalam kekerasan pembunuhan di El Salvador, penurunan lebih dari 50 persen, dikapitalisasi oleh pemerintah Nayib Bukele sebagai utamanya Prestasi hanya dalam satu tahun berkuasa, dipertanyakan setelah investigasi jurnalistik menghubungkannya dengan pakta dengan geng Mara Salvatrucha (MS13) dan Barrio 18.
Foto: EPA-EFE/Rodrigo Sura
Anggota geng Barrio 18 tetap bersama di belakang sel di penjara dengan keamanan maksimum di Quezaltepeque, El Salvador, 04 September 2020. Penurunan tajam dalam kekerasan pembunuhan di El Salvador, penurunan lebih dari 50 persen, dikapitalisasi oleh pemerintah Nayib Bukele sebagai utamanya Prestasi hanya dalam satu tahun berkuasa, dipertanyakan setelah investigasi jurnalistik menghubungkannya dengan pakta dengan geng Mara Salvatrucha (MS13) dan Barrio 18.

REPUBLIKA.CO.ID, SAN SALVADOR -- Polisi El Salvador menggiring anggota geng yang berhasil ditangkap ke hadapan wartawan dan kamera. Tampaknya hal itu dilakukan untuk menunjukkan ketegasan Presiden Najib Bukele terhadap organisasi kejahatan dan kekerasan yang mereka lakukan.

El Salvador menangkap sekitar 600 anggota geng Mara Salvatrucha (MS-13) dan rivalnya 18th Street. Dua kelompok yang anggotanya paling banyak ditangkap dalam operasi yang diumumkan Jumat (27/11) lalu.

Baca Juga

Penangkapan itu dilakukan dalam upaya Amerika Serikat (AS) membantu negara-negara Amerika Tengah seperti El Salvador, Guatemala dan Honduras menangkap anggota organisasi kejahatan. Para tahanan itu diarak di depan pers pada Sabtu (28/11), salah satu taktik yang kerap digunakan Presiden Bukele. Pemerintah El Salvador mengatakan para anggota geng itu telah didakwa atas pasal pembunuhan, penculikan, penyeludupan dan perdagangan manusia.

Pada bulan April lalu, Bukele memicu amarah organisasi hak asasi manusia. Ia mengunggah foto para tahanan di penjara yang setengah telanjang, saling berhimpitan di dalam sebuah barisan, di tengah pandemi virus corona. Para tahanan itu dipenjara atas pasal kekerasan.