REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN - Pemakaman ilmuwan nuklir kunci Iran akan berlangsung Senin (30/11) waktu setempat. Mohsen Fakhrizadeh meninggal dunia dalam pembunuhan yang dikaitkan oleh Iran didalangi Israel.
Beberapa tahun ilmuwan Iran itu tidak santer terdengar namanya. Bahkan usia pastinya tidak diketahui. Dia seperti misterius dengan beberapa media melaporkan hanya sedikit yang dapat diketahui tentangnya. Sumbernya pun beragam, termasuk kelompok oposisi Iran yang memiliki agenda tersendiri.
Dalam laporannya pada 2011 lalu, badan pengawas senjata nuklir PBB mengidentifikasi Fakhrizadeh menjadi otak di balik teknologi nuklir Iran. Ia dinilai orang yang memiliki kemampuan untuk melakukannya dan saat itu diduga ia masih memiliki peran penting dalam aktivitas tersebut.
Setelah pembunuhan ini, namanya muncul di berbagai media Iran dan dunia. Mantan istrinya dan para pejabat secara terbuka menuntut balas dendam pada Israel atas pembunuhannya.
Presiden Iran Hassan Rouhani menuduh Israel berada di balik pembunuhan ilmuwan nuklir top itu. "Sekali lagi, tangan jahat arogansi global ternoda dengan darah rezim Israel perampas tentara bayaran," kata Rouhani dalam sebuah pernyataan dilansir Times of Israel, Ahad.
Iran umumnya menggunakan istilah "arogansi global" untuk merujuk pada Amerika Serikat (AS). "Pembunuhan martir Fakhrizadeh menunjukkan keputusasaan musuh kita dan kedalaman kebencian mereka. Kemartirannya tidak akan memperlambat pencapaian kita," ujarnya menambahkan.
Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mendesak untuk "menghukum" mereka yang berada di balik pembunuhan itu. Khamenei juga mengatakan pekerjaan nuklir negara harus dilanjutkan.
Program atom sipil Iran telah melanjutkan eksperimennya. Kini, Iran memperkaya cadangan uranium yang terus meningkat hingga tingkat kemurnian 4,5 persen, menyusul penarikan AS dari kesepakatan nuklir 2018.
Angka itu masih jauh di bawah tingkat senjata 90 persen, meskipun para ahli memperingatkan Iran kini memiliki uranium yang diperkaya cukup rendah untuk setidaknya dua bom atom jika memilih untuk mengejarnya.
Khamenei menyerukan untuk menindaklanjuti kejahatan ini dan tentu saja menghukum para pelaku dan mereka yang bertanggung jawab. Dia mendesak untuk tetap melanjutkan upaya ilmiah dan teknis dari Fakhrizadeh di semua bidang yang dia kerjakan.
Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mengeklaim ada indikasi serius dari peran Israel dalam pembunuhan itu. "Teroris membunuh seorang ilmuwan Iran terkemuka hari ini. Kepengecutan ini dengan indikasi serius dari peran Israel, menunjukkan kehangatan para pelaku," cicit Zarif di Twitter.
Fakhrizadeh meninggal pada Jumat lalu dalam sebuah penyergapan di Absard, sebuah desa di timur Teheran, ketika kendaraannya mendekati sebuah truk yang meledak ketika dia mendekat. Laporan lokal kemudian menggambarkan rentetan tembakan otomatis ketika orang-orang bersenjata muncul dari mobil di dekatnya.
Baku tembak terjadi antara para pembunuh dan pengawal Fakhrizadeh. Para penyerang menargetkan Fakhrizadeh dan menewaskan sedikitnya tiga penjaga sebelum melarikan diri.
Foto dan video yang dibagikan secara daring menunjukkan sedan Nissan dengan lubang peluru di kaca depan, darah menggenang di aspal, dan puing-puing berserakan di sepanjang hamparan jalan. Fakhrizadeh diketahui memimpin apa yang disebut program AMAD Iran.
Program itu diduga Israel dan Barat sebagai operasi militer yang melihat kelayakan untuk membangun senjata nuklir. Pada 2018, Fakhrizadeh ditunjuk oleh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu sebagai direktur proyek senjata nuklir Iran.
Ketika Netanyahu kemudian mengungkapkan bahwa Israel telah menghapus dari sebuah gudang di Teheran sebuah arsip besar materi milik Iran yang merinci program senjata nuklirnya, dia berkata: "Ingat nama itu, Fakhrizadeh".