REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua Umum, Majelis Ulama Indonesia (MUI), Anwar Abbas meminta pemerintah dan aparat penegak hukum untuk menyelesaikan masalah di Sigi hingga ke akarnya. "Bagi kebaikan bangsa ke depan MUI pusat menghimbau pemerintah dan para penegak hukum untuk menyelesaikan masalah ini sampai ke akar-akarnya," kata Anwar pada Ahad (29/11).
Dia mengungkapkan, MUI meminta kepada pemerintah dan para penegak hukum untuk menyimpulkan apakah tindakan pembunuhan ini merupakan aksi atau reaksi. Apabila termasuk kategori aksi, maka peristiwa ini memang muncul dari keinginan yang bersangkutan. Akan tetapi kalau ini merupakan reaksi, maka pemerintah harus mencari tahu tentang faktor-faktor yang telah membuat mereka melakukan tindakan kekerasan tersebut.
"Oleh karena itu jika peristiwa ini merupakan reaksi maka MUI meminta pemerintah agar juga menindak dan menyeret ke pengadilan orang-orang yang telah menyebabkan terjadinya peristiwa tersebut," kata dia.
Namun apabila faktor penyebabnya karena adanya ketidakadilan, untuk itu pemerintah harus merubah situasi yang tidak berkeadilan tersebut menjadi berkeadilan. Hal ini dilakukan agar negeri ini aman tentram, dan damai sesuai dengan keinginan bersama.
Terkait dengan peristiwa di Sigi, MUI pusat mendukung sepenuhnya pernyataan Ketua Umum MUI Sulawesi Tengah, Habib ali bin muhammad Aljufri yang telah mengajak umat, dan masyarakat luas untuk melawan kekerasan, serta menjadikan tindak kekerasan tersebut sebagai musuh kemanusiaan. Dan untuk terciptanya ketenangan dalam hidup bermasyarakat, dia juga sudah mengimbau semua pihak untuk tidak terprovokasi oleh oknum-oknum yang sengaja ingin mengadu domba, dan menimbulkan kekacauan, kegaduhan di tengah masyarakat.
Sebelumnya pembantaian satu keluarga dilakukan orang tak dikenal, yang diduga merupakan kelompok yang mengatasnamakan diri Mujahidin Indonesia Timur (MIT) di Dusun Torpedo, Desa Lemba Tongoa, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah pada Jumat (27/11) lalu.