REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Pengamat pendidikan Indra Charismiaji mengatakan, daftar periksa sekolah menjelang pembukaan kelas tatap muka dinilai tak berpengaruh. Sehingga, tidak ada yang menjamin penularan wabah di klaster sekolah bisa dihindari.
"Terjadinya klaster sekolah sangat mungkin terjadi walau sudah menjalankan protokol kesehatan dan mengikuti daftar periksa," ujar dia ketika dikonfirmasi Republika, Ahad (29/11).
Dia menambahkan, reguler swab memang bisa lebih mengontrol penyebaran wabah menyoal tatap muka sekolah. Namun demikian, selain mahal, tak ada yang menjamin penyebaran bisa dihentikan.
‘’Siapa juga yang akan membiayainya?’’ tanya dia.
Lanjutnya, jika ada penularan, sekolah juga terpaksa harus kembali ditutup kembali. Dan terpaksa kembali melaksanakan pembelajaran jarak jauh (PJJ).
‘’Menurut saya SKB kemarin tidak ada gunanya. Kemendikbud saja seolah cuci tangan dan melempar ke pemda,’’ ucapnya.
Dia menyarankan, sebaiknya, peningkatan pembelajaran saat pandemi dilakukan dengan membenahi PJJ secara terstruktur, sistematis dan masif. Selain, dari upaya Kemdikbud untuk mengambil posisi sebagai pemimpin dalam langkah ini, dari pada menyerahkannya ke pemda.
‘’Jangan malah menjaga jarak dengan pemda, sekolah, guru, siswa, orang tua,’’ ungkap dia.
Sambung dia, koordinasi harus terus dilakukan Kemdikbud secara berkala dengan pemda dan juga pimpinan sekolah, jika nyatanya sekolah memang akan dibuka. Sehingga bisa ada komunikasi intens.
‘’Jangan seolah Kemdikbud pakai masker besi yang membuat tidak ada komunikasi,’’ ucapnya.
Hal itu, kata dia, bisa juga sebagai cerminan tujuan mencerdaskan kehidupan bangsa, yang menjadi tugas pokok dan fungsi Kemdikbud. Baik itu pada saat pandemi, ataupun tidak pandemi