Ahad 29 Nov 2020 17:45 WIB

Dampak Buruk Jika Syal Digunakan Sebagai Pengganti Masker

Syal dan bandana tidak menutup rapat hidung dan mulut.

Rep: Desy Susilawati/ Red: Qommarria Rostanti
Syal sebaiknya tidak dijadikan sebagai pengganti masker karena bisa berdampak buruk.
Foto: www.freepik.com
Syal sebaiknya tidak dijadikan sebagai pengganti masker karena bisa berdampak buruk.

REPUBLIKA.CO.ID, RALEIGH -- Pandemi Covid-19 belum berakhir. Mengenakan masker wajah menjadi keharusan hingga kini.

Namun, masih banyak kesalahan yang terjadi di masyarakat untuk penggunaan masker. Mereka memakai bandana, syal, dan face shield sebagai pengganti masker, yang faktanya bisa berdampak buruk.

Penelitian dari 41 makalah ilmiah menunjukkan bahwa masker kain, baik buatan sendiri atau buatan komersial, dapat mengurangi infeksi virus pernapasan di antara pemakai masker hingga sepertiga, dibandingkan mereka yang tidak menggunakan masker. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat baru-baru ini memperbarui pedomannya untuk mencatat bahwa masker menawarkan perlindungan bagi pemakainya  serta orang di sekitar Anda.

"Jika Anda tidak mengenakan masker, jika Anda tidak melindungi diri Anda dari transmisi tetesan, Anda menjadi bagian dari rantai penularan potensial," ujar asisten profesor epidemiologi di The University of North Carolina di Chapel Hill, Rachel Graham, seperti dilansir di laman Business Insider, Ahad (29/11).

Bandana atau syal, tidak bagus untuk menyaring partikel pernapasan. Sementara itu, masker dengan katup satu arah tidak berfungsi baik dalam melindungi orang lain, karena dapat mengeluarkan partikel infeksius ke udara sekitarnya. Itu sebabnya CDC memperingatkan orang untuk tidak memakainya sebagai pengganti masker.

Bandana dan syal memiliki kinerja yang buruk dalam banyak penelitian. Pada bulan September, peneliti Duke menemukan bahwa bandana mengurangi laju transmisi tetesan pernapasan dengan dua faktor selama ucapan normal. Itu membuat mereka kurang protektif dibandingkan kebanyakan bahan lain, termasuk masker katun buatan sendiri.

Sebuah studi pada Juni yang diterbitkan dalam Journal of Hospital Infection juga menemukan bahwa syal mengurangi risiko infeksi seseorang sebesar 44 persen setelah mereka berbagi kamar dengan orang yang terinfeksi selama 30 detik. Setelah 20 menit penuh terpapar, syal hanya mengurangi risiko infeksi sebesar 24 persen.

Alasannya tidak mengherankan, yaitu karena bandana dan syal tidak tertutup rapat di sekitar hidung dan mulut. Itu berarti tetesan pernapasan bisa bocor keluar dari atas atau bawah dan terus menginfeksi orang lain. "Masker pas yang terbuat dari campuran katun-poliester umumnya akan menawarkan perlindungan lebih," ujar mantan kepala FDA, Scott Gottlieb, baru-baru kepada The Wall Street Journal.

Dia menyebut, bahkan masker kain yang sangat bagus mungkin hanya melindungi sekitar 30 persen. Sementara, syal atau bandana, 10 persen atau kurang.

Untuk face shield, dapat memberikan rasa aman yang palsu. CDC juga mengatakan face shield bukan pengganti masker kain. "Face shield memiliki celah besar di bawah dan di samping wajah, di mana tetesan pernapasan Anda dapat keluar dan mencapai orang lain di sekitar Anda," tulis situs web badan tersebut.

Memakai face shield bersama dengan masker bisa membantu melindungi mata Anda. Mata bukanlah sumber utama penularan virus corona. Sebuah tinjauan pada Juni di The Lancet menemukan dalam hal mencegah penularan virus corona, pelindung mata biasanya kurang dipertimbangkan dan dapat efektif dalam pengaturan komunitas.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement