REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO – Tingkat inflasi di Sudan meningkat ke salah satu level tertinggi di dunia. Negara ini berisiko tergelincir ke dalam hiperinflasi kecuali jika defisit anggaran dan suplai uangnya terkendali, kata para ekonom.
Kenaikan harga telah memperburuk krisis ekonomi bagi jutaan orang Sudan biasa dan membahayakan transisi politik di bawah kesepakatan pembagian kekuasaan militer dengan sipil.
Tingginya inflasi disebabkan pemerintah harus mencetak banyak uang untuk mendanai defisit anggaran yang sangat besar untuk mensubsidi biaya bahan bakar. Kebijakan ini telah memperlemah mata uang terhadap mata uang lain dan mendorong inflasi ke level 230 persen secara tahunan pada bulan lalu, menurut biro statistik negara bagian.
Harga yang meroket membuat banyak konsumen menghabiskan gajijnya dengan cepat. Khususnya untuk barang-barang tahan lama yang memiliki nilai jual.