REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Beberapa pelari elite mengabaikan kualitas udara yang buruk dan lonjakan kasus virus corona di ibu kota India, Ahad (29/11), demi mengikuti Delhi Half Marathon. Ini jadi salah satu event besar olahraga pertama di negara tersebut sejak pandemi dimulai.
Sebanyak 47 pelari profesional mengikuti lomba lari 21 kilometer pada nomor putra dan putri. Adapun peserta amatir berlomba antara Rabu dan Ahad untuk menghindari kepadatan berlebih.
Rutenya disemprot dengan bahan kimia untuk meminimalisasi efek kabut beracun tahunan di Delhi, yang menyelimuti kota besar itu pada musim dingin akibat polusi lalu lintas dan industri, pembakaran jerami dan suhu dingin.
Indeks kualitas udara, yang memantau partikel kecil PM2.5 and PM10 yang masuk ke dalam aliran darah dan organ vital, berada pada angka 244. Ini masuk dalam kategori buruk, kata Dewan Pusat Pengendalian Polusi, Ahad. Dokter pada pekan lalu mengatakan, akan menjadi bunuh diri bagi para pelari yang ambil bagian pada lomba tersebut mengingat risiko ganda. Namun peringata ini diabaikan.
Pelari Ethiopia Amdework Walelegn memenangi lomba di kelompok putra dengan catatan waktu 58,53 menit dengan juara tahun lalu Andamlak Belihu hanya beberapa detik di belakangnya.
Catatan waktu terbaik sebelumnya adalah 59,06 yang dicetak oleh pelari Ethiopia Guye Adola pada 2014. "Jalurnya sangat bagus," kata Walelegn yang dikutip AFP.
"Pada tahun-tahun sebelumnya banyak putaran balik, tapi kali ini datar dan bagus untuk lomba."
Pada kelompok putri, Yalemzerf Yehualaw dari Ethiopia menang dengan catatan waktu 1:04,46 -- juga merupakan rekor -- dengan pelari Kenya Ruth Chepngetich di urutan kedua.
Avinash Sable, yang lolos ke Olimpiade Tokyo pada nomor 3.000 meter halang rintang, adalah pelari India tercepat dalam lomba tersebut dengan rekor nasional 1:00,30.