Senin 30 Nov 2020 07:31 WIB

Pekan Ini Lebanon Kembali Buka Sekolah

Pembukaan sekolah Lebanon dilakukan bersamaan dengan tindakan pencegahan Covid-19.

Rep: Mabruroh/ Red: Nora Azizah
Pembukaan sekolah Lebanon dilakukan bersamaan dengan tindakan pencegahan Covid-19 (Foto: ilustrasi)
Foto: EPA-EFE/ABEDIN TAHERKENAREH
Pembukaan sekolah Lebanon dilakukan bersamaan dengan tindakan pencegahan Covid-19 (Foto: ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Kementerian Pendidikan Lebanon akan membuka kembali sekolah untuk pendidikan terintegrasi mulai Senin (30/11). Pembukaan sekolah tersebut dilakukan bersamaan dengan tindakan pencegahan Covid-19.

"Kembali ke sekolah melalui metode gabungan akan berada dalam tindakan pencegahan yang telah disetujui sebelumnya," kata Direktur Departemen Konseling dan Bimbingan di Kementerian Pendidikan, Hilda El-Khoury dilansir dari Arab News, Senin (30/11).

Baca Juga

Menanggapi hal ini, Otoritas Darurat Sipil di Lebanon mengatakan bahwa keputusan tersebut akan menyebabkan krisis kesehatan. Terutama akan mempengaruhi orang-orang yang paling rentan, yaitu anak-anak dan pelajar di bawah umur, terutama dengan jumlah kasus yang belum menurun sejak sebelum penutupan, dan dengan peningkatan pada jumlah kematian setiap harinya.

Sedangkan Komite Menteri untuk Memerangi Virus Corona, mempertahankan keputusannya untuk memberlakukan jam malam parsial di Lebanon tetapi mengubah jam pelaksanaannya. Bila sebelumnya jam malam berlaku, yakni pukul lima sore, saat ini jam malam akan dimulai pukul 11 ​​malam dan berakhir pada pukul lima pagi.

"Restora, kafe, dan mal tetap harus tutup pada pukul 10 malam," kata dia.

Dalam pertemuannya pada hari Ahad, panitia memutuskan untuk memulihkan pergerakan kendaraan di jalan tetapi tetap mempertahankan penangguhan kegiatan sosial, bioskop, dan klub malam. Menteri Kesehatan untuk pemerintah sementara Lebanon, Hamad Hassan, mengatakan bahwa penerapan strategi tersebut, mengizinkan kendaraan berpelat ganjil atau genap di jalan pada hari-hari alternatif, telah menggandakan jumlah kasus COVID-19 karena ketergantungan masyarakat pada transportasi bersama.

"Tingkat komitmen untuk menyelesaikan penutupan di semua wilayah Lebanon telah mencapai 70 persen selama dua minggu terakhir," ujar Hassan.

Hassan mengatakan bahwa tujuan dari tindakan tersebut adalah untuk mengurangi tekanan pada staf medis dan perawat.

“Langkah-langkah medis yang dibutuhkan, lengkap dengan perluasan kapasitas rumah sakit untuk menampung kasus COVID-19, sudah selesai,” ujarnya.

Korban meninggal dunia akibat Covid-19 di Lebanon telah mencapai 1.000 orang, sementara jumlah total kasus yang dikonfirmasi telah melonjak menjadi 126.000 kasus, dengan kasus harian sebanyak 1.200 kasus dalam dua minggu terakhir.

Abdul Rahman Al-Bizri, seorang spesialis penyakit menular dan anggota komite darurat virus Corona, menyayangkan kurangnya rencana untuk periode setelah penutupan karena kurangnya koordinasi terkait COVID-19 antardepartemen negara.

Dia mengatakan bahwa hal ini telah membuat negara dalam kebingungan dan kekacauan sementara warga harus membayar mahal, mengingat kondisi ekonomi dan kehidupan yang sulit.

"Penutupan yang berulang tidak berhasil, dan salah satu konsekuensinya adalah penurunan aktivitas ekonomi, siklus hidup, dan kondisi kehidupan," kataAl-Bizri.

Sementara itu, beredar video rekaman Menteri Kesehatan Hamad Hassan pada Sabtu saat dia memotong kue untuk ulang tahun Sekretaris Jenderal Hizbullah, Hassan Nasrallah di pasar terbuka di kota Baalbek. Video itu beredar di media sosial dan menyebabkan skandal menyusul episode serupa di mana menteri sebelumnya melakukan hal serupa beberapa bulan lalu.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement