REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Kabupaten Kubu Raya bersama Dekranasda setempat membudayakan penggunaan besek sebagai tempat makan dan camilan. Hal itu dilakukan untuk meminimalisasi penggunaan wadah berbahan kertas dan menghidupkan ekonomi pengrajin besek.
"Kita berpikir sederhana, bahwa kotak makanan yang selama ini digunakan dengan bahan kertas, styrofoam, maupun plastik itu tidak ada pabriknya di sini. Berarti kan uangnya itu tidak lari keluar karena pabriknya tidak di sini, sehingga penggunaan besek ini sekaligus membuka peluang dan penghasilan untuk masyarakat Kubu Raya," kata Bupati Kubu Raya Muda Mahendrawan di Sungai Raya, Senin (30/11).
Melalui kebijakan tersebut, dirinya bangga karena bisa melahirkan inisiatif beberapa masyarakat di kabupaten itu dengan menciptakan Kampung Bakol di Desa Sungai Belidak, Kecamatan Sungai Kakap.
Hal itu tidak terlepas dari kebijakan yang dibuatnya, di mana mulai 2021 akan mewajibkan penggunaan besek dan bakul anyaman untuk menggantikan kotak makanan berbahan kertas, styrofoam, dan plastik yang selama ini digunakan.
"Ini kita wajibkan kepada instansi pemerintahan agar bisa menggunakan wadah besek bakul ini untuk tempat nasi atau kue pada setiap kegiatan," tuturnya.
Guna mengoptimalkan pelaksanaan kebiajakan tersebut, Pemkab Kubu Raya menggandeng Dekranasda setempat untuk membuat tempat pelatihan menganyam bakul serta sentra penampungan hasil anyaman bakul dari para pengrajin, baik di Desa Sungai Belidak maupun desa dan kecamatan lainnya di Kabupaten Kubu Raya.
Terkait dengan hal itu, Dekranasda Kabupaten Kubu Raya Raya kemudian intensif melakukan pelatihan kepada masyarakat di sejumlah desa untuk membuat produk anyaman bambu, sebab bahan baku yang diperlukan juga cukup melimpah di Kubu Raya.
"Nah, kita berpikir yang pasti di depan mata dan memang awal-awal itu sulit, karena namanya pelatihan, semua melatih diri. Namun insyaallah kalau sudah terlatih itu akan ringan dan inilah proses perjuangan kita masyarakat di Kubu Raya," katanya.
Ia mengatakan nantinya jika penggunaan bakul telah masif, maka agenda-agenda di masyarakat pun diharapkan juga menggunakan bakul sehingga kelak terjadi hubungan saling membantu antarmasyarakat.
"Nah, inilah sebenarnya konsep sederhana di mana masyarakat membantu masyarakat juga. Pemerintah daerah ini hanya memancing, menstimulan supaya bergerak semua. Kami sifatnya hanya menggerakkan semua potensi," katanya.
Muda Mahendrawan mengemukakan bahwa memastikan pasar sebelum suatu produk diciptakan sebagai keharusan, sehingga pihaknya memberikan semangat kepada mereka yang membuat produk itu.
Oleh karena itu, perusahaan daerah yang akan dibuat pemerintah kabupaten, katanya, salah satu unit usahanya menampung produk masyarakat, termasuk bakul anyaman.
"Ada banyak sekali acara pemerintah kabupaten dan agenda-agenda di desa, kecamatan, dan organisasi. Berapa banyak kebutuhan kotak nasi dan kue. Nah, nanti kita juga akan bikin perusda yang salah satu unit usahanya akan menampung ini. Perusda tidak akan mengambil untung dari sini melainkan hanya menalangi punya masyarakat supaya uangnya bisa berputar," katanya.
Muda juga mengatakan pembuatan bakul anyaman juga diharapkan menjadi opsi baru kegiatan generasi muda desa, sekaligus upaya membangun mental wirausaha kaum muda.
"Minimal dia sudah bisa punya karakter yang kuat menjadi wirausahawan. Ini latihan mental juga untuk generasi muda," tuturnya.
Dirinya menilai saat ini ancaman pengangguran makin tinggi. Dengan adanya program pembuatan bakul anyaman, angka pengangguran diharapkan dapat berkurang.
"Dari anak-anak muda bisa kita buat kegiatan yang produktif dan bermanfaat. Apalagi anak muda itu kreatif sehingga nantinya akan muncul karya-karya yang berbeda, tidak hanya buat bakul untuk nasi kotak," katanya.