Senin 30 Nov 2020 16:52 WIB

Wapres Harap tak Ada Rivalitas dalam Distribusi Vaksin

Ma'ruf berharap, distribusi vaksin tidak hanya dikuasai oleh negara-negara kuat.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Ratna Puspita
Wakil Presiden Maruf Amin
Foto: Dok KIP/Setwapres
Wakil Presiden Maruf Amin

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Ma'ruf Amin berharap tidak ada rivalitas antara negara-negara dalam proses distribusi vaksin Covid-19. Ma'ruf berharap, distribusi vaksin tidak hanya dikuasai oleh negara-negara kuat saja.

"Jangan sampai terjadi rivalitas sehingga hanya negara-negara kuat yang mendapatkan vaksin," ujar Ma'ruf saat berbicara dalam konferensi internasional dan rapat tahunan Forum Zakat Dunia tahun 2020, dengan tema 'Peran Forum Zakat Dunia dalam Pemulihan Ekonomi Paska Pandemi Covid-19' secara virtual, Senin (30/11).

Baca Juga

Ma'ruf mengatakan, ditemukannya vaksin dan distribusinya kepada masyarakat merupakan kunci atau game changer dari pemulihan ekonomi. Hingga saat ini, kata Ma'ruf, ada beberapa produk vaksin sudah mengakhiri fase trial dengan hasil yang memuaskan.

Namun, Maruf menilai tantangan dunia berikutnya memastikan pendistribuan vaksin Covid-19 bisa ssecara merata. Karena itu, ia berharap forum zakat tingkat dunia ini dapat berkontribusi dalam mencari skema pendistribusian vaksin secara merata tersebut.

“Dunia sekarang menghadapi tantangan selanjutnya, yaitu memastikan distribusi vaksin terjadi secara merata. Saya mengharapkan agar forum ini juga dapat membantu mencari solusi untuk mendorong distribusi vaksin yang setara,” ujarnya.

Ma'ruf mengatakan, hal ini juga mempertegas pernyataan Presiden Joko Widodo saat memberikan pidatonya pada sesi debat umum Sidang Majelis Umum ke-75 PBB melalui konferensi video, Rabu (23/9). Ma'ruf mengatakan, saat itu Presiden berharap, semua negara harus mendapatkan akses setara terhadap vaksin yang aman dan dengan harga yang terjangkau.

"Dalam mengakhiri pandemi ini, sebagaimana yang disampaikan oleh Presiden Joko Widodo dalam pidato di depan sidang umum PBB pada September yang baru lalu bahwa kita perlu bersatu karena “no one is safe until everyone is," katanya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement