REPUBLIKA.CO.ID, BUENOS AIRES -- Kepolisian Argentina melakukan penggeledehan terhadap rumah dan klinik milik dokter pribadi Diego Maradona, Leopold Luque, pada Ahad (29/11) waktu setempat. Penggeledahan ini terkait kecurigaan adanya kelalaian yang dilakukan Luque, yang berujung pada kematian legenda timnas Argentina tersebut. Luque pun diduga melakukan pembunuhan secara tidak sengaja.
Berdasarkan laporan BBC International, Senin (30/11), sebanyak 30 aparat kepolisian, atas permintaan kejaksaan, melakukan penggeledahan di rumah Luque, sementara 20 petugas kepolisian melakukan pemeriksaan di klinil milik Luque, yang terletak di Buenos Aires. Sejumlah dokumen, termasuk data medis Maradona, komputer, dan ponsel, diamankan oleh pihak kepolisian dalam penggeledahan tersebut.
Seolah menjawab tudingan tersebut, Luque pun menggelar konferensi pers pada Ahad (29/11) waktu setempat. Dengan begitu emosional, dokter berusia 39 tahun itu mengaku, telah berbuat segalanya dan apapun untuk bisa membantu Maradona pulih dari berbagai kondisi kesehatannya. Luque, yang juga seorang neurologist, itu pun merasa dijadikan kambing hitam atas kematian Maradona tersebut.
''Saya tahu apa yang telah saya lakukan dan semua yang saya lakukan semata-mata agar Maradona bisa pulih sepenuhnya. Saya telah memberikan semua kemampuan saya. Saya merasa sedih, karena kehilangan teman. Saya tidak menyalahkan diri saya. Apa yang menimpa saya benar-benar tidak adil. Sepertinya saya hanya dijadikan kambing hitam, saat tidak ada yang bisa disalahkan atas peristiwa itu,'' tutur Luque seperti dilansir Daily Mail, Senin (30/11).
Maradona meninggal dunia dalam usia 60 tahun. Mantan striker andalan Argentina itu mengalami serangan jantung di rumahnya di Tigre, Argentina, Rabu (25/11) waktu setempat. Dua pekan lalu, Maradona sempat menjalani operasi untuk menghilangkan gumpalan darah di otaknya.