Senin 30 Nov 2020 17:25 WIB

Insiden Sigi Serangan Serius Terhadap Kebebasan Beragama

Pelaku pembunuhan di Sigi harus segera ditangkap agar tak picu keresahan lebih luas.

Sejumlah anak-anak bermain di sekitar perkampungan mereka di Desa Lemban Tongoa, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Ahad (29/11/2020). Warga berharap aparat keamanan untuk dapat segera menangkap para pelaku penyerangan yang diduga dilakukan kelompok teroris MIT pimpinan Ali Kalora yang terjadi pada Jumat (27/11/2020) lalu yang menewaskan empat orang warga desa setempat.
Foto: ANTARA/Faldi/Mohamad Hamzah
Sejumlah anak-anak bermain di sekitar perkampungan mereka di Desa Lemban Tongoa, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Ahad (29/11/2020). Warga berharap aparat keamanan untuk dapat segera menangkap para pelaku penyerangan yang diduga dilakukan kelompok teroris MIT pimpinan Ali Kalora yang terjadi pada Jumat (27/11/2020) lalu yang menewaskan empat orang warga desa setempat.

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Dian Fath Risalah, Haura Hafizhah, Arif Satrio Nugroho, Nawir Arsyad Akbar, Antara

Satu keluarga yang terdiri dari empat orang di Dusun Lepanu, Desa Lemban Tongoa, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah tewas dibunuh diduga dari kelompok teroris pada Jumat (27/11). Keempat korban yang dibunuh adalah Yasa alias Yata sebagai kepala rumah tangga, Pinu, Nata alias Papa Jana alias Naka dan Pedi.

Baca Juga

Usai kejadian tujuh orang yang diduga teroris ditangkap Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Mabes Polri di Kabupaten Pohuwato, Gorontalo. Mereka ditangkap di dua kecamatan yang berbeda, Randangan dan Buntulia. Diduga sejak lama keberadaan terduga teroris ini telah diintai tim Densus 88.

Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia, Usman Hamid, mengutuk keras pembunuhan empat warga dan pembakaran rumah ibadah yang terjadi di Dusun Lewonu, Desa Lemban Tongoa, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah. “Kami mengutuk sekeras-kerasnya pembunuhan warga dan pembakaran rumah ibadah yang terjadi di Desa Lemban Tongoa dan menyampaikan duka terdalam kepada keluarga korban dan jemaat Gereja Bala Keselamatan. Ini jelas merupakan kekerasan terhadap kelompok warga yang didasarkan pada agama,” tegas Usman Hamid dalam keterangannya kepada Republika, Senin (30/11).

 

Usman menegaskan, pembunuhan secara sengaja terhadap laki-laki, perempuan, dan anak-anak tidak pernah dapat dibenarkan, apalagi pembunuhan yang dilakukan dengan cara-cara keji seperti itu. Persekusi tersebut  juga merendahkan martabat manusia secara keseluruhan.

 

“Serangan ini jelas merupakan sebuah serangan serius terhadap hak untuk melindungi jiwa serta hak untuk menjaga akal berpikir, berkeyakinan dan beragama yang dijamin dalam hukum internasional. Hak beragama adalah adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apapun dan oleh siapapun, " tegasnya.

Pihak berwenang, lanjutnya, semestinya tidak mempersoalkan formalitas pengakuan atas tempat yang dibakar tersebut sebagai rumah ibadah atau bukan. Suatu tempat merupakan tempat beribadah bukan tergantung pada legal formal. "Tapi pengakuan dan fungsi sosialnya yang diakui oleh warga pemeluknya dan juga masyarakat," ujarnya.

 

Oleh karena itu, pihak berwenang wajib melakukan pengusutan yang segera, komprehensif, independen, imparsial dan efektif. Ia menekankan, semua pelaku intimidasi dan serangan terhadap pemeluk agama minoritas mana pun harus diadili sesuai standar peradilan internasional, tanpa tuntutan hukuman mati.

 

“Pemerintah juga harus mengambil langkah-langkah efektif untuk memastikan bahwa pemeluk agama minoritas dilindungi. Pemerintah wajib menjamin mereka dapat mempraktikkan keyakinan mereka secara bebas dari rasa takut, intimidasi, serangan, atau sanksi hukuman dari aturan yang diskriminatif, " tegasnya.

 

Kabid Humas Polda Sulawesi Tengah (Sulteng) Kombes Didik Supranoto mengatakan sampai saat ini Satgas Tinombala TNI dan Polri masih melakukan pencarian terhadap kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) hingga tiga kabupaten di Sulteng. Mereka diduga melakukan pembunuhan satu keluarga di Kabupaten Sigi.

"Saat ini Satgas Tinombala TNI dan Polri masih melakukan pengejaran di wilayah penghubungan Kabupaten Sigi, Parigi Mautong dan Poso serta melakukan penyekatan di titik yang diduga sebagai lintasan pergerakan MIT," katanya saat dihubungi Republika di Jakarta, Senin (30/11).

Kemudian, ia tidak menjelaskan lebih lanjut terkait apa saja yang sudah ditemukan oleh Satgas Tinombala. "Sampai saat ini masih dilakukan pengejaran. Nanti akan saya informasikan lebih lanjut," kata dia.

Tentara Nasional Indonesia (TNI) juga akan memberangkatkan pasukan khusus ke Poso. Pemberangkatan pasukan itu akan dilaksanakan Selasa (1/12) besok.

"Dalam hal ini TNi akan mendukung Polri besok pagi akan diberangkatkan paskus dari Halim menuju ke Palu dan ditugaskan di Poso untuk memperkuat pasukan yang sudah ada sebelumnya di Poso," kata Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto.

Ia mengatakan, pengiriman pasukan itu bertujuan memperkuat. Dengan demikian, kelompok MIT yang belakangan dianggap bertanggung jawab dalam aksi teror di Sigi dapat segera ditumpas.

photo
Kapolda Sulawesi Tengah Irjen Pol Abdul Rakhman Baso (kedua kanan) meninjau lokasi serangan yang diduga dilakukan oleh kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Ali Kalora di Dusun Lewonu, Desa Lemban Tongoa, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Sabtu (28/11/2020). Serangan yang diduga dilakukan kelompok teroris MIT pimpinan Ali Kalora yang terjadi pada Jumat (27/11/2020) tersebut menewaskan empat orang warga, beberapa rumah warga dibakar dan mengakibatkan warga mengungsi ke tempat yang aman. Hingga kini aparat TNI dan Polri yang tergabung dalam Satgas Tinombala bersama Kepolisian setempat masih berupaya mengejar para pelaku. - (ANTARA/Humas Polres Sigi)

Pengamat Intelijen dan Terorisme dari Universitas Indonesia (UI), Stanislaus Riyanta, mengatakan dari sekarang pemerintah harus membuat program untuk memberantas kelompok yang radikalisme dan memberikan pendampingan terhadap masyarakat agar percaya kepada negara dan pemerintah. Sehingga ke depannya tidak terulang lagi peristiwa pembunuhan keji seperti yang terjadi di Sigi.

“Kelompok MIT ini jumlah personelnya hanya sedikit sekitar 10 sampai 11 orang. Mereka bisa hidup dan bersembunyi di Kabupaten Sigi itu karena masyarakat situ mendukung mereka. Jika ada yang tidak mendukung mereka akan dibunuh. Dalam hal ini, pemerintah harus serius melakukan pendampingan kepada masyarakat dan memberantas kelompok-kelompok radikalisme. Kalau tidak, hal ini akan terulang lagi," katanya.

Kemudian, ia menjelaskan ada beberapa tujuan yang dilakukan MIT untuk melakukan pembunuhan satu keluarga di Sigi yaitu mereka  balas dendam dan mencuri logistik yang ada di masyarakat. Sehingga mereka akan melakukan apapun bahkan cara yang paling sadis untuk memuaskan diri mereka.

“Mereka itu ada motif balas dendam karena pada dua pekan lalu, ada dua anggota MIT yang ditangkap dan ditembak oleh Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri dan Satuan Tugas Tinombala. Lalu, mereka lapar butuh logistik. Setelah membunuh, mereka mengambil 40 Kg beras. Selama ini mereka meminta logistik ke penduduk sana. Kalau mereka tidak kasih mereka diancam akan dieksekusi dan dibunuh,” kata dia.

Menurutnya, pelaku dan model aksinya itu memang menunjukkan kelompok tersebut berafiliasi dengan kelompok Negara Islam Irak dan Syam (ISIS). Ini dilihat dengan caranya mereka membunuh yaitu memenggal kepala dan membakar. Hal ini juga ada hubungannya dengan Ali Kalora.

Ideologi mereka menggunakan kekerasan dalam menyelesaikan masalah. Sehingga mereka membunuh masyarakat di sana dan mereka menunjukkan kalau eksistensi mereka masih ada. Jika hal ini terus terjadi dan pemerintah tidak bertindak masyarakat disana akan percaya dan mendukung MIT.

Secara geografis lokasi di daerah tersebut terdapat luas hutan 70 sampai 80 ribu meter persegi itu mencakup tiga kabupaten yaitu Sigi, Parigi Moutong dan Poso. Hutan tersebut rapat. Tidak bisa pemetaan udara. Sehingga kelompok-kelompok tersebut menguasai wilayah dan mereka menggunakan GPS untuk menyebar dan berkumpul di satu titik.

“Jadi, mau tidak mau masyarakat mendukung mereka. Ada juga yang sudah percaya dengan paham mereka. Waktu Santoso ditembak saja oleh TNI dan Polri. Mereka membela Santoso dan saat dimakamkan mereka menganggap Santoso itu sebagai pahlawan. Nah, ini pemerintah harus masif kalau tidak sudah susah untuk dinetralisir masyarakatnya,” kata dia.

Mulai dari sekarang, pemerintah harus bertindak untuk memberikan wawasan sosial dan budaya kepada masyarakat di sana agar tidak terjadi radikalisme. Pemerintah harus yakini mereka untuk percaya kepada negara dan memerangi terorisme sebagai musuh bersama.

“Ya kalau tidak cepat bertindak ini akan terulang lagi. Mereka (MIT) menguasai medan di daerah sana dan terdapat celah banyak sekali untuk melakukan apapun kepada masyarakat sana. Pemerintah tidak boleh kalah dalam hal ini,” kata dia.

Delapan orang anggota kelompok MIT Poso pimpinan Ali Kalora diduga sebagai pelaku kekerasan di Sigi. Dugaan terhadap delapan orang DPO atau buron itu berdasarkan keterangan saksi yang melihat langsung saat kejadian.

Kekerasan itu terjadi sekitar pukul 09.00 WITA Jumat (27/11), di salah satu rumah warga di Desa Lemba Tongoa, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah. Mereka diduga masuk lewat belakang rumah mengambil 40 kg beras setelah itu melakuakn penganiayaan dengan senjata tajam.

Pemerintah disebut Wakil Ketua Komisi III DPR Ahmad Sahroni harus segera mengambil langkah cepat dan tepat terkait pembunuhan keji di Sigi. Alasannya, kasus tersebut berpotensi menimbulkan konflik SARA, yang berakibat mengganggu stabilitas negara.

“Bukan tidak mungkin aksi ini bisa mengarah ke aksi yang lebih besar lagi atau bahkan bertujuan untuk menciptakan konflik SARA,” ujar Sahroni.

Ia pun mengecam peristiwa pembunuhan yang diduga dilakukan oleh kelompok teroris yang dipimpin oleh Ali Kalora. Ia berharap Polri dapat mengusut kasus ini hingga tuntas.

“Untuk mengusut kasus ini sampai tuntas, ini benar-benar kejadian teror yang mengerikan. Negara harus segera bertindak tegas,” ujar politikus Partai Nasdem itu.

photo
Sejumlah warga berada di rumah duka korban penyerangan kelompok terduga teroris di Desa Lemban Tongoa, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Ahad (29/11/2020). Aparat keamanan terus memburu para pelaku penyerangan yang diduga dilakukan kelompok teroris MIT pimpinan Ali Kalora yang terjadi pada Jumat (27/11/2020) lalu yang menewaskan empat orang warga desa setempat - (ANTARA/Faldi/Mohamad Hamzah)

Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam), Mahfud MD menyatakan pemerintah memerintahkan kepada aparat keamanan untuk memperkuat dan memperketat penjagaan serta pengamanan terhadap warga dari ancaman terorisme di Sigi. "Pemerintah menjamin keamanan warga di seluruh wilayah Indonesia. Termasuk kepada warga di Kabupaten Sigi, Sulteng, terutama setelah terjadinya tindakan teror dan kekerasan terhadap warga di wilayah itu," kata Mahfud dalam jumpa pers terkait kekerasan dan pembunuhan di Kabupaten Sigi, di Kantor Kemenko Polhukam, Jakarta, Senin.

Pemerintah pun menyesalkan dan mengutuk keras tindakan teror kekerasan dan kekejian yang dilakukan oleh kelompok teroris MIT pimpinan Ali Kalora. "Itu bukan gerakan keagamaan tapi gerakan kejahatan terhadap sebuah keluarga di Sigi, Sulteng yang menyebabkan jatuhnya korban jiwa dan luka-luka," kata Mahfud.

Pemerintah juga menyampaikan duka yang mendalam dan pemerintah telah bertemu dengan keluarga korban dan juga pemerintah juga sudah melakukan langkah-langkah untuk pemulihan atau trauma healing. Pemerintah, kata Mahfud, telah memerintahkan aparat keamanan melalui Satgas Operasi Tinombala untuk melakukan pengejaran dan pengepungan terhadap para pelaku pembunuhan empat orang dalam satu keluarga itu.

"Agar secepatnya dilakukan proses hukum yang tegas terhadap mereka," kata Mahfud.

Dia kembali menegaskan peristiwa itu bukan perang suku apalagi perang agama, tetapi ini dilakukan oleh kelompok kejahatan yang bernama MIT yang dipimpin oleh Ali Kalora dan tidak bisa disebut mewakili agama tertentu. "Ini sebenarnya adalah upaya pihak-pihak tertentu untuk meneror dan menciptakan suasana yang tidak kondusif dengan tujuan menciptakan kekacauan yang bisa mengoyak persatuan dan memecah belah bangsa," jelasnya.

Kepada tokoh agama, Mahfud berharap agar menyebarluaskan pesan-pesan damai kepada masyarakat karena sejatinya agama apapun hadir di dunia ini untuk membangun perdamaian dan persaudaraan. Dia juga mengimbau kepada seluruh warga, khususnya masyarakat Kabupaten Sigi, Sulteng agar tidak terpancing oleh upaya-upaya provokasi yang dilakukan oleh pihak-pihak tertentu.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement