REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Dihadapan peserta Rapat Terbuka Senat Dan Pimpinan Fakultas Pertanian Universitas Andalas Padang, Wakil Ketua MPR Fadel Muhammad mengingatkan, sektor pertanian bisa menjadi tulang punggung pembangunan nasional, asal dikelola dengan baik. Apalagi Indonesia memiliki sumber daya dan potensi pertanian yang sangat besar. Namun, potensi dan sumber daya tersebut tidak akan berfungsi apa-apa jika tidak diusahakan dengan baik.
Jangan sampai sumber daya dan potensi yang dimiliki, itu malah meninabobokkan, seolah-olah kaya tetapi sesungguhnya tidak memiliki apa-apa. Seperti syair lagu berjudul Kolam Susu, yang di dalamnya terdapat syair ikan dan udang menghampirimu, tongkat kayu dan batu jadi tanaman. Jika dipahami secara harfiah, seolah-olah dengan diam saja makanan akan datang sendiri. Padahal potensi dan sumber daya, itu harus diupayakan dengan kerja keras.
"Menurut BPS tahun 2020 ini produksi padi mencapai 55,16 juta ton GKG (gabah kering giling) setara dengan 31,63 juta ton beras. Secara matematis perhitungan itu cukup untuk memenuhi kebutuhan beras dalam negeri. Kenyataannya, sejak lama kita selalu mengimpor beras. Bahkan dalam kurun 50 tahun kita mengimpor beras untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri," kata Fadel menambahkan.
Pernyataan itu disampaikan Fadel Muhammad pada Orasi Ilmiah Dies Natalis ke-66 Fakultas Pertanian Universitas Andalas Padang. Judul orasi ilmiah, itu adalah Strategi Pengembangan Agropolitan untuk Meningkatkan Pendapatan dan Kesejahteraan Rakyat (Berdasarkan Pengalaman Pengembangan Agropolitan di Provinsi Gorontalo). Acara tersebut berlangsung di Convention Hall Universitas Andalas Padang, Senin, (30/11/2020).
Ikut hadir pada acara tersebut anggota MPR dari kelompok DPD, yaitu, H. Muslim Muhammad Yatim, LC.,MM., Ir. H. Djafar Al Katiri, MM.,M.Pd. serta Dr. H. Alirman Sori, SH., M.Hum, MM. Juga Rektor Universitas Andalas, Prof.Dr. Yuliandri, SH.MH. dan Dekan Fakultas Pertanian, Dr. Ir. Munzir Busniah, MSi.
Saat menjadi Gubernur Provinsi Gorontalo, kata Fadel ia berhasil meningkatkan produksi jagung secara besar-besaran. Jagung dipilih, karena masyarakat Gorontalo banyak yang mengkonsumsi makanan tersebut. Ia mendorong petani menanam jagung dengan insentif harga yang lebih tinggi. Strategi tersebut berhasil, tahun 2003 langsung meroket hingga 183 ribu ton. Tahun 2004 menjadi 251 ribu ton dan tahun 2005 menjadi 400 ribu ton. Petani yang biasa hanya memproduksi jagung 1,5-2 ton per tahun, tahun 2005 sudah bisa memproduksi hingga 5 ton.
"Konsep Agropolitan Gorontalo mengenal istilah Ji Sam Su (234), yaitu 2 ha lahan, 3 kali panen jagung, dan memelihara 4 ekor sapi. Hasilnya, kesejahteraan petani melonjak. Ini bisa dilihat dari peningkatan jumlah jamaah haji. Awal 2000 jumlah jamaah haji asal Gorontalo sekitar 200-300 orang per tahun. Pada tahun 2005 sudah mencapai 1.000 orang. Artinya, makin banyak petani yang mampu naik haji berkat jagung. Pendapatan per kapita pun naik. Pada tahun 2002 sebesar Rp 2,4 juta, tahun 2005 menjadi Rp 3,2 juta," Fadel lagi.
Untuk mencapai keberhasilan tersebut, pemerintah harus turun tangan mengambil kebijakan pro pertanian. Antara lain, bantuan pupuk dan bibit, memperbanyak tenaga ahli pertanian, penyaluran kredit, pengadaan mesin pertanian dan bantuan penjualan produk pertanian.