REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyatakan, industri farmasi baik berbahan kimia maupun tradisional menunjukkan pertumbuhan positif selama pandemi. Pada kuartal III tahun ini, industri tersebut tumbuh sekitar 8,65 persen.
"Industri-industri farmasi kimia atau tradisional ini tidak terpengaruh Covid-19. Pada kuartal II pun tetap positif, terutama di sektor kesehatan mendapat permintaan cukup tinggi dari masyarakat," ujar Direktur Jenderal Industri Kimia Farmasi dan Tekstil (IKFT) Kemenperin Muhammad Khayam dalam Krista Webinar pada Senin (30/11).
Ia menyebutkan, ada peningkatan permintaan obat-obatan, vitamin, serta suplemen selama pandemi. Pada masa krisis, lanjutnya, masyarakat memprioritaskan pembelian obat-obatan.
Khayam melanjutkan, pasar obat tradisional dan kosmetik di Indonesia sangat menjanjikan dengan jumlah populasi yang terus meningkat. "Tren masyarakat dunia yang kembali ke alam atau back to nature, membuka peluang untuk produk berbahan baku alami," jelasnya.
Peluang tersebut, kata dia, harus ditangkap secara baik oleh para pemain industri obat tradisional. Riset pasar dan branding harus dilakukan, tidak hanya oleh perusahaan besar tapi juga perusahaan kecil, sehingga bisa membuat produk menarik dan tidak perlu impor.
Menurutnya, para pemain industri juga perlu meningkatkan teknologinya. "Sehingga bisa semakin produksi," ujar dia.
Ia menegaskan, pemerintah akan tetap mendukung para pelaku industri. "Baik dalam kebijakan teknologi industri ataupun bantuan Kemenperin lainnya, ini untuk majukan perekonomian Indonesia terutama didukung produk ekspornya," kata Khayam.