REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Musim keempat dari 'The Crown' Netflix telah memicu banyak perdebatan, termasuk Menteri Kebudayaan Inggris yang meminta drama kerajaan tersebut agar dilabeli sebagai karya fiksi. Sekretaris Kebudayaan Oliver Dowden mengatakan, serial Netflix yang sukses harus menyertakan disclaimer tersebut di tengah kritik terhadap kebebasan historis yang telah diambil tentang kehidupan nyata keluarga kerajaan Inggris.
Kepada surat kabar Mail on Sunday, dilansir Fox News, Selasa (1/12), Doweden di sisi lain memuji karya tersebut. Hanya saja, ia memandang perlu diperjelas antara mana kisah fiktif dan fakta bagi pemirsa.
“Ini adalah karya fiksi yang diproduksi dengan indah. Jadi seperti halnya produksi TV lainnya, Netflix pada awalnya harus sangat jelas, hanya itu saja. Tanpa ini, saya khawatir generasi pemirsa yang tidak mengalami peristiwa ini mungkin salah mengira fiksi sebagai fakta,” ujarnya.
Dowden juga diperkirakan akan mengirimkan opininya kepada Netflix pekan ini. Sementara itu, Netflix tidak segera menanggapi permintaan komentar dari Associated Press.
Seorang juru bicara yang dihubungi The Hollywood Reporter menyatakan bahwa The Crown memang adalah drama yang didasarkan pada kejadian sebenarnya. Pencipta serial The Crown Peter Morgan, tampaknya masih bergeming dengan perdebatan yang muncul.
Morgan yang karyanya juga mencakup drama sejarah terkini The Queen dan Frost / Nixon mengatakan bahwa karyanya benar-benar berdasarkan studi. Dalam diskusi tahun 2017 tentang The Crown, Morgan mengatakan, "Anda terkadang harus mengabaikan akurasi, tetapi Anda tidak boleh mengabaikan kebenaran."
Steven Fielding, seorang profesor sejarah politik di University of Nottingham, mengatakan bahwa saran pencantuman "fiksi" untuk The Crown adalah "masuk akal". Akan tetapi hal itu sepertinya tidak terlalu akan ada gunanya.
Saudara laki-laki Diana, Charles Spencer, juga berpedapat serial tersebut bisa disebut "tidak benar, tetapi didasarkan pada beberapa peristiwa nyata". “Saya khawatir orang akan berpikir bahwa ini adalah Buku Suci dan itu tidak adil,” kata pria 56 tahun itu kepada penyiar ITV.
Serial yang pertama kali ditayangkan pada tahun 2016 tersebut menelusuri masa pemerintahan lama Ratu Elizabeth II, 94, yang dimulai pada tahun 1952. Sementara The Crown telah dibedah selama bertahun-tahun karena interpretasinya yang dramatis tentang keluarga kerajaan.
Kini, musim keempat The Crown telah memicu perdebatan. Musim saat ini yang menampilkan latar tahun 1980-an, berfokus pada pernikahan Pangeran Charles dan Putri Diana yang dipublikasikan secara luas, serta masa jabatan 11 tahun Perdana Menteri Konservatif Margaret Thatcher, yang mengubah Inggris.
Diana meninggal pada tahun 1997 pada usia 36 karena cedera yang dideritanya dalam kecelakaan mobil di Paris. Thatcher meninggal pada 2013 pada usia 87.
Hubungan bermasalah Charles dan Diana, diperankan oleh Josh O'Connor dan Emma Corrin, merupakan jalan cerita utama dalam serial ini. Mantan sekretaris pers kerajaan Dickie Arbiter menyebut The Crown sebagai cerminan kehidupan Charles yang merupakan pewaris takhta Inggris dan sepak terjang hubungannya dengan Diana.
Charles dan Diana bercerai pada 1996, setahun sebelum kematian sang putri. Sang pangeran menikah lagi pada 2005 dengan Camilla Parker Bowles, yang sekarang menjadi Duchess of Cornwall. Arbiter mengatakan kepada BBC bahwa The Crown menggambarkan Charles dan Camilla sebagai "penjahat".
Di samping itu, beberapa lembaga juga mengkritik penggambaran program Thatcher, diperankan oleh Gillian Anderson. Program itu memperlihatkan sosok menteri wanita pertama Inggris yang digambarkan berselisih dengan Ratu Elizabeth (diperankan Olivia Colman) sehingga hal itu dianggap berlebihan.