REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Tim Penasihat Kolegium Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (Perdoski) Prof. dr. Sjaiful Fahmi Daili menyatakan pendidikan kesehatan reproduksi sejak dini merupakan bagian penting dalam upaya mencegah penularan virus perusak kekebalan tubuh yang menyebabkan AIDS. Ia menambahkan, pendidikan kesehatan reproduksi mesti dimulai dari unit terkecil dalam masyarakat, yaitu keluarga.
"Edukasi seksual harus meliputi aspek moral, sosial, kesehatan dan agama, di mana dokter akan berperan memberikan pengobatan dan pemerintah mendesain program dan regulasi," katanya.
Menurut data Kementerian Kesehatan mengenai penularan HIV/AIDS dan PIMS pada triwulan II Tahun 2020, jumlah orang dengan HIV/AIDS (ODHA) diperkirakan mencapai 543.100 orang. Sebanyak 398.784 orang di antaranya telah ditemukan. Di antara ODHA yang sudah ditemukan, baru 205.945 orang yang mengonsumsiobat antiretroviral (ARV).
Sejak ditemukannya human immunodeficiency virus (HIV) pada 1980-an, penyakit ini telah menyebabkan 33 juta kematian dengan kira-kira 770 ribu pada 2019. Sekitar 38 juta orang mengidap HIV / AIDS di seluruh dunia.
Saat ini tidak ada vaksin pelindung. Sementara terapi antivirus secara efektif dapat mengendalikan HIV, sekitar 20 persen (7,6 juta) pasien yang terinfeksi HIV tidak memiliki akses ke sana.
Para peneliti masih mengembangkan vaksin pelindung terhadap HIV. Fokus utama adalah mengembangkan antibodi penawar secara luas (antibodi yang dapat menyerang jenis HIV yang berbeda) pada pasien yang terinfeksi HIV.