Selasa 01 Dec 2020 14:10 WIB

Mayoritas Muslim Prancis Keturunan Arab Merasa Dikucilkan

Menurut survei, wanita Prancis asal Arab merasa lebih dikucilkan daripada pria.

Rep: Alkhaledi Kurnialam/ Red: Ani Nursalikah
Mayoritas Muslim Prancis Keturunan Arab Merasa Dikucilkan. Bendera Prancis.
Foto: Anadolu Agency
Mayoritas Muslim Prancis Keturunan Arab Merasa Dikucilkan. Bendera Prancis.

REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Sebanyak 51 persen responden dari warga Prancis keturunan Arab mengaku merasa dikucilkan dari masyarakat di negaranya. Hal ini terungkap dalam survei yang dilakukan oleh harian Arab News dalam bahasa Prancis bekerja sama dengan YouGov sebuah firma riset berbasis internet. 

Jajak pendapat tersebut menunjukkan kelompok minoritas terbesar di Prancis menderita karena kurangnya penerimaan, bahkan stigmatisasi. Survei dilakukan antara 8 dan 14 September, juga didasarkan pada sampel perwakilan dari 958 orang Prancis dari negara-negara Arab. 

Baca Juga

Menurut survei, wanita Prancis asal Arab merasa lebih dikucilkan daripada pria, dengan 66 persen berbanding 52 persen pria mengatakan mereka dikucilkan karena agama mereka. Survei juga menunjukkan generasi tua lebih terintegrasi dibandingkan generasi muda yang kurang antusias terhadap lembaga negara.

Padahal hampir 54 persen dari hampir 1.000 responden mengatakan mereka akan mendukung sekularisme. Responden menyatakan mereka menganggapnya sebagai solusi untuk masalah di negara Arab mereka.

Baru-baru ini, Pemerintah Prancis melakukan tindakan keras terhadap apa yang oleh Presiden Prancis Emmanuel Macron disebut "separatisme Islam" untuk membela nilai-nilai sekuler Prancis. Ia berpendapat karikatur Nabi Muhammad yang menghina harus dipertahankan atas dasar kebebasan berbicara. Keputusan tersebut menimbulkan reaksi kuat oleh sebagian besar dunia Arab dan Muslim terhadap penghinaan Prancis terhadap simbol-simbol Muslim.

Umat ​​Muslim yang tinggal di Prancis telah merasakan tekanan ketika Macron berusaha menempatkan lebih banyak batasan tentang bagaimana mereka mempraktikkan keyakinan mereka. Macron telah menekan Dewan Ibadah Muslim Prancis (CFCM) untuk menandatangani piagam nilai-nilai Republik. 

Macron menginginkan CFCM menyatakan secara terbuka Islam hanyalah sebuah agama dan bukan gerakan politik. Ia juga ingin menghentikan negara-negara Muslim lain untuk membantu komunitas Muslim Prancis yang terkepung dalam apa yang dipandang Paris sebagai campur tangan asing. 

Hingga kini rencana Macron untuk mengatasi ekstremisme telah dikutuk oleh banyak Muslim di Prancis dan juga secara internasional. Padahal, menurut survei, komunitas Muslim mau berkomitmen pada nilai-nilai sekularisme Prancis, namun mereka distigmatisasi dan merasa dikucilkan karena asal etnis nama mereka.

https://www.trtworld.com/europe/arab-origin-french-muslims-report-feeling-excluded-stigmatised-41933

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement