REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Pemerintah China mengecam pembunuhan ilmuwan nuklir terkemuka Iran Mohsen Fakhrizadeh. Beijing meminta peristiwa itu diselidiki.
"China dikejutkan oleh pembunuhan ilmuwan Iran dan mengecam kejahatan kekerasan ini. Kami berharap insiden itu diselidiki secara menyeluruh," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri (Kemlu) China Hua Chunying pada Senin (30/11), dikutip laman resmi Kemlu China.
Hua menegaskan China menentang tindakan apa pun yang dapat memperburuk ketegangan di kawasan Timur Tengah. "Karena situasi terkini di kawasan ini sangat kompleks dan sensitif, semua pihak harus bekerja sama untuk meredakan ketegangan kawasan serta menjaga perdamaian dan stabilitas kawasan," ujarnya.
Pada Jumat (27/11) pekan lalu, Mohsen Fakhrizadeh dibunuh di Teheran. Dia dan pengawalnya diserang oleh kelompok bersenjata. Pembunuhan itu tak hanya dikecam Iran, tapi juga sejumlah negara lain di kawasan seperti Bahrain, Qatar, Yordania, dan Turki.
Pejabat politik dan militer Iran menuding Israel sebagai dalang di balik serangan dan pembunuhan terhadap Fakhrizadeh. "Sekali lagi, tangan-tangan jahat Arogansi Global dan para pembunuh bayaran Zionis (Israel) telah ternoda oleh darah seorang putra Iran," kata Presiden Iran Hassan Rouhani.
Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei bersumpah akan membalas aksi pembunuhan tersebut. Ia pun menegaskan bahwa negaranya bakal tetap melanjutkan pekerjaan Fakhrizadeh. Meski informasi terkait dirinya tak banyak diketahui, tapi banyak laporan yang menyebut bahwa Fakhrizadeh merupakan tokoh utama di balik pengembangan nuklir Iran.
Menteri Kabinet Israel Tzachi Hanegbi mengatakan negaranya sama sekali tidak mengetahui siapa dalang di balik pembunuhan Fakhrizadeh. "Saya tidak tahu siapa yang melakukannya. Bukan karena bibir saya tertutup karena saya yang bertanggung jawab, saya benar-benar tidak tahu," kata Hanegbi kepada Meet the Press N12 pada Sabtu (28/11), dikutip laman Al Arabiya.