REPUBLIKA.CO.ID, PURBALINGGA -- Munculnya banyak genangan air pada musim penghujan seperti sekarang, menyebabkan penyakit yang disebarkan melalui nyamuk mengalami lonjakan. Seperti di Kabupaten Purbalingga, ratusan warga terjangkit penyakit Cikungunya atau nyeri sendi yang penularannya disebabkan oleh nyamuk.
"Sejak beberapa bulan terakhir, penyakit Cikungunya di Purbalingga memang mengalami peningkatan," ujar Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Purbalingga drg Hanung Wikantono, Selasa (1/12).
Dia menyebutkan, salah satu daerah yang cukup banyak warganya terjangkit Cikungunya, adalah warga Desa Blater Kecamatan Kalimanah. Di Desa tersebut, sepanjang sebulan terakhir sudah ada 116 warga yang terjangkit Cikungunya. "Dari jumlah 116 kasus tersebut, 102 sudah sembuh. Tinggal 14 pasien yang masih sakit dan sudah diobati oleh petugas Puskesmas," jelasnya.
Untuk mencegah meluasnya penyakit tersebut, Hanung menyebutkan, pihaknya sudah melakukan fogging sebanyak dua kali pada November 2020 ini. "Kita juga minta agar warga mengintensifkan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) dengan melakukan tindakan 3M (Menguras, Menutup dan Mengubur)," katanya.
Melonjaknya kasus Cikungunya, juga terjadi di Kabupaten Banyumas. Salah satunya, di wilayah Kecamatan Patikraja. Meski tidak tersebar merata di seluruh desa, namun beberapa desa di kecamatan tersebut, dilaporkan terjadi cukup banyak kasus Cikungunya.
Kasi Pengendalian dan Pemberantasan Penyakit Menular (P2PM) Dinkes Banyumas, Arif Burhanudin, mengaku sejak awal musim hujan Juli 2020 lalu, memang terjadi peningkatan kasus Cikungunya. "Sepanjang 2020 ini, kasus Cikungunya yang terjadi di Banyumas sudah mencapai lebih dari 2.000 kasus," katanya.
Untuk itu, pihaknya sudah meminta para kader-kader PSN di pedesaan, mengaktifkan lagi kegiatan PSN. "PSN sampai saat ini menjadi cara paling efektif mencegah berkembangnya penyakit ini," katanya.
Dia menyebutkan, Cikungunya memang bukan merupakan penyakit yang mematikan seperti DBD. Namun dia menyatakan, pasien yang terjangkit penyakit ini mengalami nyeri di persendian, demam dan sakit kepala. Bahkan seringkali, pasien tersebut tidak bisa berjalan dan beraktivitas lainnya, karena nyeri di seluruh persendian. "Proses penyembuhannya juga lama, bisa mencapai satu bulan," katanya.