Selasa 01 Dec 2020 18:40 WIB

Sri Mulyani Pede Inflasi Tahun Ini Terendah dalam Enam Tahun

BPS mencatat pada November lalu Indonesia mengalami inflasi 0,28 persen.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Nidia Zuraya
Ilustrasi Inflasi
Foto: Foto : MgRol112
Ilustrasi Inflasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Menteri Keuangan Sri Mulyani memproyeksikan, inflasi tahunan pada 2020 hanya akan berada di level 1,5 persen. Pandemi Covid-19 yang menekan daya beli masyarakat menjadi penyebab utamanya. Level tersebut disebutkan Sri sebagai poin terendah, setidaknya sejak 2014.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, inflasi pada bulan lalu sebesar 0,28 persen secara bulanan (month to month/mtom) dengan kalender tahunan (Januari-November) di level 1,23 persen.  

Baca Juga

Sri menjelaskan, realisasi tersebut menggambarkan permintaan yang masih melemah akibat adanya pandemi Covid-19. "Outlook 2020 kita perkirakan inflasi 1,5 persen, sangat rendah dalam enam tahun terakhir. Single digit dan sangat rendah," tuturnya dalam konferensi pers secara virtual, Selasa (1/12).

Sri memastikan, tren tersebut akan menjadi fokus pemerintah, yaitu bagaimana memulihkan sisi permintaan masyarakat dan menentukan area mana saja yang harus diperbaiki untuk mengakselerasi pemulihan ekonomi.

Sri menyebutkan, kondisi pelemahan permintaan tidak hanya terjadi di Indonesia. Pukulan serupa terjadi di banyak negara, seperti Asia dan Eropa, seiring dengan pembatasan sosial untuk menekan laju penyebaran virus corona.

Penanganan Covid-19 disebutkan Sri sebagai kunci utama untuk pemulihan permintaan. Konsumsi masyarakat, terutama kelas menengah ke atas, akan sangat bergantung pada upaya pemerintah dalam menekan jumlah kasus positif di Indonesia. "Kita harap, di 2021 dengan adanya vaksinasi dan protokol kesehatan, kita akan lihat masyarakat kembali beraktivitas," katanya.

Upaya penanganan Covid-19 membutuhkan kolaborasi dari berbagai pihak, termasuk industri. Sri menjelaskan, pihaknya mendapatkan laporan dari Kementerian Pariwisata bahwa hotel-hotel yang sudah mendapatkan sertifikasi penerapan protokol kesehatan kini mengalami pemulihan. Tingkat hunian kamar mereka meningkat sampai akhir tahun, meski belum ke level normal.

Sri berharap, keterlibatan industri yang mampu meningkatkan kepercayaan masyarakat ini akan bisa terus meningkatkan sisi permintaan secara maksimal. "Investasi juga dapat meningkat, sehingga aggregate demand secara keseluruhan meningkat," ujarnya.

BPS mencatat, realisasi bulan lalu merupakan inflasi kedua kalinya setelah Indonesia mengalami deflasi selama tiga bulan berturut-turut sepanjang Juli sampai September. Pada Oktober, tingkat inflasi adalah 0,07 persen (mtom) dengan inflasi tahun kalender 0,95 persen.

Deputi Bidang Statistik, Distribusi dan Jasa BPS Setianto menjelaskan, inflasi bulan lalu terutama dikarenakan kenaikan harga daging ayam yang memberikan kontribusi 0,08 persen terhadap inflasi.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement