REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tim nasional Denmark boleh saja punya kenangan manis dengan raihan mengejutkan mereka menjuarai Euro 1992 kendati hanya tiba sebagai pengganti karena Yugoslavia didiskualifikasi lantaran kondisi perang di negaranya. Namun, di tingkat klub, klub-klub Denmark tak mampu berbicara banyak di Eropa.
Raihan paling mentereng hanyalah juara Piala Intertoto, kompetisi kasta keempat Eropa yang belakangan dibubarkan pada 2009. Silkeborg menjadi juara pada 1996.
Sedangkan di Liga Champions, jangankan menjadi juara, capaian terjauh klub Denmark hanyalah babak perempat final yang dibukukan oleh AGF Arhus pada 1961 dan Brondby pada 1987, ketika kompetisi itu masih dikenal sebagai Piala Champions.
Maka, tampil di kasta tertinggi kompetisi klub Eropa itu jelas menjadi sebuah kesempatan yang amat jarang. Terlebih Denmark begitu kesulitan menembus 10 besar klasemen koefisiensi UEFA, sehingga wakil-wakil mereka harus melewati fase kualifikasi sebelum tampil di babak grup Liga Champions.
Midtjylland selaku juara Liga Super Denmark 2019/20 harus merintis jalan mereka menuju fase grup Liga Champions dari babak kedua kualifikasi. Setelah selalu gagal dalam dua kesempatan sebelumnya pada 2015 dan 2018, Midtjylland mampu melewati Ludogorets, BSC Young Boys dan Slavia Praha untuk meraih satu tempat di fase grup Liga Champions 2020/2021.
Debut singkat
Sebagai debutan, Midtjylland, terbilang mendapatkan hasil undian grup yang kurang menguntungkan. Mereka tergabung bersama Liverpool, Ajax dan Atalanta di Grup D. Liverpool dan Ajax adalah dua di antara enam tim saja yang berhak mengenakan emblem bergengsi, Badge of Honour, sebagai tim yang pernah lima kali juara Liga Champions atau memenanginya tiga musim beruntun.
Hanya, keberadaan Atalanta boleh dibilang menumbuhkan kepercayaan diri Midtjylland. Bukan karena klub Italia itu lebih inferior dibanding dua peserta Grup D lainnya, melainkan karena Atalanta setahun yang lalu juga statusnya sama seperti Midtjylland. Atalanta tim debutan Liga Champions yang menjelma jadi kuda hitam hingga melenggang ke babak perempat final musim 2019/2020.
Namun, justru Atalanta lah yang menyodorkan gambaran kenyataan kerasnya persaingan di Liga Champions kepada Midtjylland. Melakoni laga debutnya, Midtjylland hancur lebur 0-4 dari Atalanta walau main di kandangnya sendiri Stadion MCH Arena pada 21 Oktober.
Kekalahan demi kekalahan terus diderita Midtjylland hingga akhirnya pada 25 November, kala melawat ke Johan Cruyff Arena di Amsterdam, Midtjylland dibekap 1-3 oleh tuan rumah Ajax.
Hasil itu bukan saja menyudahi kiprah Midtjylland di Liga Champions, tetapi juga menghabisi asa mereka untuk setidaknya menempati peringkat ketiga dan memperoleh tiket hiburan ke babak gugur Liga Europa.
Surat kabar Denmark, Politiken, melontarkan kritik tajam untuk menaburkan garam di atas luka kekalahan tim besutan Brian Priske itu.
"Dongeng itu menjelma jadi kisah horor olahraga bagi tim besutan Brian Priske, yang ditelanjangi di panggung internasional," demikian tulis laporan Politiken terbitan 26 November.
Priske tak mau mencari-cari alasan, ia pasang badan dan mengaku bertanggung jawab atas kekalahan dari Ajax yang menutup tirai panggung Liga Champions bagi Midtylland.
"Tentu saja ada hal-hal yang seharusnya bisa saya lakukan dengan lebih baik di pertandingan ini. Pada akhirnya, saya yang bertanggung jawab memilih pemain yang saya percayai untuk tampil," ujarnya kepada stasiun televisi TV3+ selepas pertandingan.