REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING - Pesawat luar angkasa China berhasil mendarat di orbit Bulan, Selasa (1/12) waktu setempat. Misi ini menjadi tonggak sejarah pertama dalam empat dekade untuk membawa kembali sampel batu dari bulan yang kemudian akan diteliti di bumi.
Tujuan misi tanpa awak ini adalah mengumpulkan batuan bulan dan tanah untuk membantu para ilmuwan di Beijing mempelajari tentang asal-usul bulan, formasi, dan aktivitas vulkanik di permukaannya. "Pesawat ruang angkasa Chang'e-5, yang dinamai menurut nama dewi bulan Cina mendarat di sisi dekat bulan pada Selasa malam," demikian laporan dari kantor media pemerintah, Xinhua, mengutip Administrasi Luar Angkasa Nasional Cina, dikutip laman Guardian, Rabu (2/12).
Pesawat luar angkasa tersebut memasuki orbit Bulan pada Sabtu (28/11) setelah menempuh perjalanan 112 jam dari Bumi. Saat itu, sebuah roket membawanya ke luar angkasa dari provinsi Hainan.
Misi ini bakal mengumpulkan 2 kilogram material permukaan di area yang sebelumnya belum dijelajahi. Menurut jurnal sains Nature, area itu dikenal sebagai Oceanus Procellarum (Ocean of Storms), yang terdiri dari dataran lava yang luas.
Pengumpulannya akan berlangsung selama satu hari di bulan atau setara dengan sekitar 14 hari Bumi. Sampel Bulan kemudian akan dikembalikan ke Bumi dalam kapsul yang diprogram untuk mendarat di wilayah Mongolia Dalam China utara bulan ini, menurut NASA, badan antariksa AS.
Jika perjalanan pulang berhasil, China akan menjadi negara ketiga yang mengambil sampel dari bulan. Sebelumnya Amerika Serikat (AS) dan Uni Soviet mengambil sampel di Bulan pada tahun 60-an dan 70-an.
Negara adidaya baru ini ingin mengejar ketertinggalan dengan AS dan Rusia setelah bertahun-tahun terlambat mencocokkan pencapaian luar angkasa mereka. Penjelajah bulan China juga pernah mendarat di sisi terjauh bulan pada Januari 2019. Ini secara global pertama kali yang mendorong aspirasi Beijing untuk menjadi negara adidaya luar angkasa.
Penelitian terbaru termasuk di antara serangkaian target ambisius yang ditetapkan oleh China. China juga akan menciptakan roket yang kuat yang mampu mengirimkan muatan lebih berat daripada yang dapat ditangani oleh NASA dan perusahaan roket swasta SpaceX.
China telah menggelontorkan miliaran dolar ke dalam program luar angkasa yang dikelola militer. China berharap memiliki stasiun luar angkasa berawak pada 2022 yang pada akhirnya mengirim manusia ke bulan.